Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ketidakpastian Transaksi Mitratel Buat Kapitalisasi TLKM Turun Rp29 Triliun

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta - Ketidakpastian proses transaksi tukar guling saham PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel) oleh PT Tower Bersama Infrastructure Tbk disebut-sebut menjadi salah satu pemicu penurunan kapitalisasi pasar saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk hingga Rp29 triliun.

"Saya mohon pemerintah bisa melindungi saham Telkom dari kerugian yang disebabkan oleh kesimpangsiuran pernyataan dan mencampuradukan keputusan bisnis dengan kepentingan politik," kata Ketua Masyarakat Pengamat Investasi Indonesia (MPII), Chandra Budiman di Jakarta, Minggu (3/5/2015).

Menurut Chandra, sejauh ini Telkom belum memutuskan untuk menerima atau menolak transaksi saham tersebut. "Menurut sumber internal Telkom, transaksi alih tukar saham masih dipelajari dewan komisaris. Itu bisa dicek di minute of meeting RUPS," ujarnya.

Sebelumnya, Komisaris Utama Telkom, Hendri Saparini kepada media mengatakan bahwa masalah share swap masih dibahas di internal perusahaan. "Belum ada yang bisa di-share ke publik," kata Hendri. Lebih lanjut Chandra mengkhawatirkan, jika kesimpangsiuran informasi terkait tukar guling saham ini berlanjut, maka tidak menutupkemungkinan akan melanjutkan pelemahan IHSG yang terjadi sejak dua pekan terakhir.

"Telkom sebagai salah satu penggerak indeks juga akan menarik turun IHSG lebih dalam jika hal ini terjadi terus,” tutur Chandra.

Dia mengatakan, dalam jangka pendek transaksi ini menguntungkan Telkom, karena memberikan kas masuk yang besar. Bahkan, mekanisme share-swap juga memberikan kepastian keberhasilan bisnis yang lebih baik, daripada penawaran umum perdana saham (PUPS).

Secara jangka panjang, kata Chandra, divestasi Telkom dari Mitratel juga membawa beberapa manfaat. Karena, bisnis operator menara merupakan bisnis yang membutuhkan modal besar terkait pembangunan menara. “Di bisnis ini, menambah menara adalah kunci pertumbuhan perusahaan," ucapnya.

Chandra mengilustrasikan, untuk membangun 1.000-1.500 unit menara dalam satu tahun dibutuhkan dana Rp1,3 triliun hingga Rp2 triliun.

"Telkom ke depan bisa lebih fokus kepada pengembangan jasa operator telekomunikasi. Apalagi, persaingan ke depan akan sangat tinggi. Kita juga bisa melihat bagaimana operator telekomunikasi lainnya juga melakukan divestasi terhadap menara-menaranya," paparnya.

Sebagaimana diketahui, Telkom akan melepas sahamnya di Mitratel secara bertahap kepada TBIG dengan melalui share-swap. Sehingga, Tower Bersama akan menguasai 100 persen saham Mitratel dengan kompensasi Telkom memiliki 13,7 persen saham TBIG.

Harga saham Telkom menurun sekitar 10 persen menjadi Rp2.615 per saham pada Kamis (30/4), dibandingkan harga pada awal pekan lalu sebesar Rp2.905 per saham. Sehingga, kapitalisasi pasar Telkom menurun Rp29 triliun menjadi Rp264 triliun.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Achmad Fauzi

Advertisement

Bagikan Artikel: