Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Fluktuasi Harga BBM Bingungkan Pelaku Jasa Angkutan

Warta Ekonomi -

WE Online, Sampit - Cepatnya fluktuasi harga bahan bakar minyak membuat pelaku usaha jasa angkutan di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, kerepotan karena harus merevisi tarif angkutan.

"Ketika harga BBM kemudian turun, kami tidak bisa serta merta ikut menurunkan tarif angkutan karena banyak faktor lain yang harus dipertimbangkan. Misalnya upah sopir dan harga suku cadang kendaraan yang sudah naik, biasanya tidak ikut turun," kata Rahmat, salah satu pemilik angkutan di Sampit, Senin (4/5/2015).

Seperti diketahui, sejak pemerintahan Presiden Joko Widodo, harga BBM sudah beberapa kali diubah, terkadang naik, pernah pula diturunkan. Ini tidak terlepas dari kebijakan pemerintah yang mulai mengurangi subsidi sehingga harga BBM ditetapkan menyesuaikan fluktuasi harga minyak dunia.

Bagi pelaku usaha angkutan, merevisi tarif harus melalui berbagai pertimbangan. Apalagi jika harga BBM berubah dalam waktu relatif singkat, maka kondisi ini akan cukup merepotkan bagi pelaku usaha angkutan untuk memberlakukan perubahan tarif di lapangan.

Saat harga BBM naik, maka banyak hal yang menjadi pertimbangan ketika hendak menaikkan tarif. Selain pengeluaran bertambah untuk membeli BBM, pelaku usaha angkutan juga harus menghitung penambahan pengeluaran akibat naiknya harga suku cadang kendaraan dan upah sopir karena harga kebutuhan ikut naik akibat imbas kenaikan harga BBM.

Sebaliknya, ketika harga BBM turun pun pelaku usaha tidak bisa langsung menurunkan tarif. Jika tarif turun pun hampir dapat dipastikan tidak bisa seperti semula karena biasanya meski harga BBM turun, namun harga suku cadang tidak ikut turun dan upah sopir pun sulit diturunkan karena harga kebutuhan tidak ikut turun.

"Kecuali harga BBM turun lebih rendah dari harga sebelum kenaikan, maka mungkin saja tarif akan turun seperti semula. Harga barang biasanya kalau sudah naik, akan sulit turun. Kalau harga kebutuhan tidak diturunkan, berarti sulit juga bagi kami menurunkan upah sopir," sambung Rahmad.

Saat ini tarif angkutan penumpang untuk rute Sampit-Palangka Raya rata-rata Rp100.000 per orang, sedangkan Sampit-Banjarmasin Rp200.000/orang.

Sebelumnya tarif Sampit-Palangka Raya pernah naik menjadi Rp110.000/orang, sedangkan Sampit-Banjarmasin Rp220.000/orang, namun pernah pula turun menjadi Rp90.000 untuk rute Sampit-Palangka Raya dan Rp180.000 untuk Sampit-Banjarmasin.

Sementara itu, untuk angkutan barang, Organisasi Pengusaha Nasional Angkutan Darat Kabupaten Kotawaringin Timur, belum menaikkan tarif angkutan meski harga bahan bakar minyak kembali naik pada 28 Maret lalu.

Harga BBM jenis premium dan solar Rp500/liter. Untuk wilayah di luar Jawa-Madura-Bali, harga solar naik dari Rp6.400/liter menjadi Rp6.900/liter dan bensin premium RON 88 naik dari Rp6.800/liter jadi Rp7.300/liter dan Rp7.400/liter di Jawa-Madura-Bali.

Organda Kotim tidak menaikkan tarif, khususnya angkutan barang, karena khawatir akan menambah beban masyarakat. Konsekuensinya, mereka harus rela penghasilan bersih mereka berkurang dari biasanya.

"Sektor kelapa sawit yang merupakan lokomotif perekonomian Kotim juga lagi lesu karena harga CPO rendah. Kalau tarif angkutan dinaikkan, kami khawatir beban masyarakat makin berat. Jadi selama tidak sampai rugi, kami berupaya tidak menaikkan tarif," kata Ketua Organda Kotim, Zulkifli Nasution. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Achmad Fauzi

Advertisement

Bagikan Artikel: