Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kapolda Kalteng: Narkoba Lebih Bahaya daripada Radikalisme

Warta Ekonomi -

WE Online, Palangka Raya - Kepala Kepolisian Daerah Kalimantan Tengah, Brigjen Pol Bambang Hermanu melalui Dirintelkam Polda Kalteng Kombespol Kharles Simanjuntak mengatakan peredaran narkoba lebih berbahaya daripada pergerakan radikalisme.

"Narkoba itu sangat berbahaya bagi semua generasi bangsa terlebih generasi muda. Jadi narkoba lebih berbahaya dari radikalisme. Untuk itu kita semua harus berkomitmen dalam memberantas peredaran narkoba," kata Kharles, di Palangka Raya, Selasa (5/5/2015).

Ia menerangkan sasaran dan gerakan radikal ataupun teroris hanya berkembang pada kalangan tertentu sementara narkoba menyasar seluruh kalangan masyarakat. "Sasaran gerakan radikal dan teroris itu terbatas. Sementara narkoba tidak mengenal usia, tua, muda, orang kaya, orang tak berada, pejabat, penjahat, bahkan penegak hukum pun ada yang tersangkut," katanya.

Menurutnya, gerakan radikal dan terorisme memang kadang menimbulkan korban jiwa tetapi itu tidak sebanding dengan akibat negatif barang terlarang itu dan menurut data akibat menggunakan narkoba sekitar 18.000 orang meninggal dunia setiap tahunnya.

Akar permasalahan penggunaan narkoba ialah adanya konflik dalam keluarga serta tingkat penghayatan terhadap agama yang kurang, lanjutnya. "Itu pondasi pertama. Daerah yang agamanya kuat, narkoba akan kurang berkembang. Untuk itu ulama dan tokoh agama menjadi yang terdepan mengatasi narkoba sementara polisi hanya menangkap dan membantu pengamanan," katanya.

Ia mengatakan peran Organisasi Masyarakat (Ormas) dan LSM juga diperlukan sebagai upaya pencegahan peredaran narkoba. "Ormas dan LSM yang perduli juga diperlukan. Sementara, yang kita lihat sekarang hanya mengurus hutan, sengketa lahan, bukan narkoba, padahal narkoba itu menyangkut anak cucu kita. Kita harus membangkitkan generasi anti narkoba," katanya.

Ia mengatakan para pemimpin saat ini banyak yang dinilai belum berhasil. Para pemimpin itu lahir antara tahun 70 hingga tahun 80-an dan pada masa itu organisasi pemuda bisa dikatakan sangat bersemangat dalam nasionalisme.

"Jika pemimpin yang lahir di masa organisasi kepemudaan yang luar biasa saja dianggap belum berhasil, maka bayangkan jika saat ini generasi pemuda terpengaruh narkoba, pemimpin seperti apa yang lahir 20 tahun ke depan?," katanya mempertanyakan kualitas pemimpin masa depan. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Achmad Fauzi

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: