Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pakar: 70% Tanah di Indonesia Kurang Baik untuk Tanaman Tumbuh

Warta Ekonomi -

WE Online, Padang - Pakar bidang Ilmu Tanah Prof Nurhajati Hakim mengatakan tanah yang ada di Indonesia sekitar 70 Persen dari keseluruhan luas yang ada tidak subur.

"Secara keseluruhan pulau di Indonesia tanahnya hanya terdiri atas ultisol atau merah kuning dan gambut yang rata-rata memiliki tingkat kemasaman tinggi, sehingga kurang baik untuk tanaman tumbuh," katanya, di Padang, Minggu (17/5/2015).

Dia menyebutkan meski di Pulau Sumatera terdapat gunung berapi dan memiliki tanah yang subur, akan tetapi secara luas keseluruhan lebih didominasi ultisol dan gambut. Tanah ultisol ini tersebar pada sepanjang pegunungan bukit barisan, sedangkan gambut pada pesisir pantai barat dan timur Sumatera. Kemudian di Kalimantan dan Papua juga dominan tanah jenis gambut dan sebagian kecil ultisol.

Hal yang sama juga di daerah Sulawesi yang didominasi gambut, dan sebagian lagi ultisol. Sedangkan di Pulau Jawa dan Bali hingga Nusa Tenggara yang daerahnya didominasi oleh gunung berapi aktif, jenis tanah yang banyak ditemukan yakni Andisol, ucapnya.

"Tidak subur bukan berarti tidak bisa ditanami, bila diberi perlakuan teknologi tanah tersebut akan menghasilkan produksi yang melimpah," ucapnya.

Menurutnya, meskipun memiliki tanah yang tidak subur, produksi berbagai komoditas di Indonesia cukup tinggi. Artinya tanaman yang tumbuh pada daerah tersebut telah mampu menyesuaikan untuk hidup. Akan tetapi, katanya, jika diberikan perlakuan teknologi seperti pengapuran atau penambahan pupuk alami.

Tanah pun akan menjadi subur dan produksinya pun akan meningkat berkali lipat, ujarnya. "Bila sudah begini melempar tongkat menjadi tanaman memang sebuah kenyataan," ucapnya.

Sementara itu Badan Litbang Pertanian Sumbar melalui peneliti Ismon meyebutkan bahwa bukti tidak suburnya tanah yakni mulai banyaknya petani di Indonesia mengalihkan mata pencarian dari bersawah atau berladang menjadi berkebun.

Hal ini, katanya, terjadi akibat sawah yang dimilikinya perlu diberi pupuk dalam jumlah besar, sehingga membutuhkan biaya yang besar. Dengan berkebun, misalnya, kelapa sawit atau karet tidak perlu memerlukan pupuk yang banyak. Sebab, kedua tanaman tersebut sangat cocok tumbuh di jenis tanah yang tidak subur semisal ultisol dan gambut, ujarnya. (Ant)

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Achmad Fauzi

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: