Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Hingga 15 Mei, Defisit Anggaran Capai Rp 64,3 Triliun

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta - Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengungkapkan bahwa hingga 15 Mei 2015 defisit anggaran sebesar Rp 64,3 triliun atau 0,55 persen dari produk domestik bruto (PDB). Adapun, pendapatan negara tercatat sebesar Rp 476,3 triliun (27% dari APBNP 2015), sedangkan realisasi belanja negara sebesar Rp 540,5 triliun (27,2% dari APBNP 2015).

Dari sisi pendapatan, menurut Bambang, penerimaan terbesar berasal dari penerimaan perpajakan yang mencapai Rp 406,9 triliun atau 26,4 persen dari target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2015.

"Pendapatan negara terbesar dari penerimaan pajak Rp 406,9 triliun, tapi itu masih lebih rendah Rp 9 triliun dibandingkan periode yang sama di tahun lalu," kata Bambang saat menggelar jumpa pers di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Kamis (21/5/2015).

Sementara itu, untuk penerimaan negara bukan pajak (PNBP) telah terealisasi sebesar Rp 83,2 triliun atau 30,9 persen dari target APBNP 2015 yang sebesar Rp 269,1 triliun.

"Realisasi PNBP terutama bersumber dari penerimaan PNBP sumber daya alam minyak dan gas, pendapatan laba bagian BUMN, dan PNBP lainnya," tukasnya.

Adapun dari sisi belanja, realisasi belanja pemerintah pusat tercatat Rp 302,8 triliun atau 22,9 persen dari pagu APBNP sebesar Rp 1.319,5 triliun. Penyerapan anggaran belanja pemerintah ini masih lebih rendah dibanding periode yang sama pada tahun lalu Rp 319,7 triliun.

"Belanja pemerintah pusat lebih rendah karena menurunnya belanja non-K/L akibat pengurangan subsidi BBM," kata Bambang.

Kemudian realisasi belanja negara untuk transfer ke daerah dan dana desa sebesar Rp 237,8 triliun atau lebih tinggi bila dibandingkan periode yang sama di tahun lalu Rp 177,9 triliun.

Ke depan, kata Bambang, pihaknya akan terus memantau agar defisit anggaran tidak melebar jauh dari target 1,9 persen dalam APBNP 2015. "Sampai akhir tahun, kita punya toleransi sampai dengan 2,2% terhadap PDB," tukasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: