Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

OJK Edukasi TKI Tokyo tentang Perencanaan Keuangan

Warta Ekonomi -

WE Online Jakarta- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melakukan kegiatan edukasi perencanaan keuangan terhadap Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Tokyo dengan mengusung tema bertajuk "Perencanaan Keuangan dan Kewirausahaan Bagi TKI".

 "Literasi keuangan merupakan suatu kebutuhan. Literasi keuangan berkaitan erat dengan pengetahuan masyarakat atas produk, layanan dan lembaga di sektor jasa keuangan, keterampilan dalam memilih lembaga dan produk atau layanan yang sesuai dengan kebutuhan dan profil risikonya, serta meyakini bahwa sektor jasa keuangan merupakan tempat yang aman untuk menabung, memproteksi diri ataupun berinvestasi," kata Deputi Komisioner Edukasi dan Perlindungan Konsumen, Sri Rahayu Widodo dalam siaran pers yang diterima Antara di Jakarta, Minggu (24/5/2015).

 Dia mengatakan perlu mendorong peningkatan perluasan akses keuangan dalam rangka penempatan dan perlindungan TKI serta penggunaan transaksi non tunai sehingga terciptanya migrasi keuangan yang baik. Kegiatan perencanaan Keuangan dan kewirausahaan di Tokyo ini dihadiri oleh Deputi Komisioner Edukasi dan Perlindungan Konsumen OJK Sri Rahayu Widodo, Kepala BNP2TKI Nusron Wahid dan General Manager BNI Tokyo Branch Afien Yuni Yahya.

Sedangkan pelaksanaan pada Minggu lalu di Taipei dihadiri oleh Kepala Departemen Perlindungan Konsumen OJK, Anto Prabowo, Head of Remittance Business International Division BNI Hari Satriyono, dan General manager BNI Hong Kong Mucharom Hadi Prayitno.

Dengan adanya kegiatan tersebut diharapkan terwujudnya TKI yang "well literate" sehingga mendorong para TKI dalam mengelola penghasilan yang diterima selama bekerja di luar negeri.   Sri Rahayu Widodo menambahkan pelaksanaan program literasi keuangan tidak hanya membutuhkan infrastruktur yang memadai, namun fasilitator juga harus pro aktif dalam melakukan edukasi.

 Karena hambatan bagi masyarakat untuk mengakses sektor jasa keuangan bukan hanya mengenai ketersediaan lembaga jasa keuangan di sekitar kita, namun juga karena masih adanya keengganan masyarakat untuk mengetahui lebih dalam untuk memanfaatkan produk dan jasa keuangan.

 Ajang khusus di Tokyo ini bertujuan untuk memperkenalkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Lembaga Jasa Keuangan (LJK), serta produk dan jasa keuangan sesuai kebutuhan di bidang perbankan, perasuransian, lembaga pembiayaan, dana pensiun, pasar modal, dan pegadaian, seperti memanfaatkan jasa remitensi perbankan.Saat ini, ekonomi Jepang bergerak di bidang Industri manufaktur yang merupakan kekuatan negara Jepang. Produk industri Jepang telah tersebar ke berbagai pelosok dunia. Banyaknya industri potensial di negeri Sakura ini membuka lapangan pekerjaan untuk warga negara asing untuk bekerja di Jepang, tak terkecuali TKI.

“Data menunjukkan grafik jumlah penempatan Buruh Migran Indonesia (BMI) di Jepang tahun 2010-2014 mengalami fluktuasi. Tahun 2010-2011 dengan 24.000 jiwa, tahun 2012 bertambah menjadi 28.000 jiwa, hingga puncaknya di tahun 2013 dengan 30.000 jiwa, lalu menurun di tahun 2014 dengan 28.000 jiwa,”katanya.

 Penempatan BMI tidak lain untuk mendukung Program Government to Government (G to G) dalam rangka Indonesia Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA) berupa tenaga magang (kenshushei), tenaga perawat (kangoshi), dan care worker (kaigofukushishi).

 Sebagian besar TKI tersebut merupakan Pekerja di sektor formal yaitu perawat dan pekerja magang di pabrik/pelabuhan dengan gaji berkisar 140.000 - 200.000 yen/bulan di luar lembur. Tingginya pendapatan yang diterima pekerja Indonesia di luar negeri masih menjadi magnet bagi para TKI.

Hal tersebut menjadi polemik tersendiri berdasarkan data dari BNP2TKI bahwa besarnya penerimaan yang diperoleh TKI tidak dimanfaatkan dengan baik dan yang menjadi BMI di Jepang merupakan pelaku yang sama.

“Sejak tahun 2013, kegiatan khusus bagi TKI telah diimplementasikan dengan target calon TKI di dalam negeri dan TKI di luar negeri dengan baik. Melihat animo TKI di tahun 2013 dan 2014 yang cukup tinggi serta fakta akan rendahnya tingkat literasi keuangan yang ditandai dengan kondisi ekonomi TKI yang belum membaik, maka di tahun 2015 ini OJK berkomitmen untuk mendorong peningkatan literasi dan inklusi keuangan bagi TKI khususnya perihal perencanaan keuangan dan keterampilan berwirausaha,”Katanya.

Sebelumnya acara serupa telah dilaksanakan pada Minggu, 17 Mei 2015 lalu di Taipei.Pelaksanaan acara ini dilakukan bersama dengan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI), Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) serta Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Tokyo yang dihadiri oleh 250 Buruh Migran Indonesia (BMI). (Ant)

Rangkaian kegiatan ini merupakan implementasi cetak biru Strategi Nasional Literasi Keuangan Indonesia (SNLKI) tahun 2015, khususnya Pilar Pertama yaitu Edukasi dan Kampanye Nasional Literasi Keuangan.Berdasarkan data dari Bank Indonesia tahun 2014, mencatat bahwa remitansi TKI yang bekerja di Jepang sebesar  Rp1,9 triliun.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Boyke P. Siregar

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: