Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pengamat: Proyek Pertumbuhan Ekonomi 5,4% Masih Realistis

Warta Ekonomi -

WE Online, Kupang - Proyeksi pertumbuhan ekonomi di atas lima persen (5,3-5,4 persen) yang dilakukan Bank Indonesia hingga akhir pelaksanaan APBN 2015 di nilai kalangan pengamat sebagai hal yang realistis.

Pengamat Ekonomi dari Universitas Widya Mandira (Unwira) Kupang Dr Thomas Ola Langoday, SE,M.Si, berpendapat proyeksi itu realistis karena sesuai dengan kondisi riil perekonomian. "Terutama memperhitungkan pengaruh dari tekanan-tekanan global sebagai pemicu terjadinya perlambatan pertumbuhan sejak 2014 hingga triwulan I-2015," katanya, di Kupang, Senin (25/5/2015).

Bank Indonesia masih memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2015 akan mendekati batas bawah perkiraan BI yakni 5,4 persen.

"Pada 2015 BI melihat (pertumbuhan) ada di tingkat bawah 5,4 persen. Jadi seandainya selama ini masih menargetkan ada di 5,4-5-8 persen, BI perkirakan di batas bawah sebetulnya. Kami akan lakukan review di Semester II/2015," kata Gubernur Bank Indonesia Agus D.W. Martowardojo.

Dekan Fakultas Ekonomi Unwira Kupang itu menyebut pada tiga bulan pertama 2015, pertumbuhan ekonomi memang tumbuh melambat hanya 4,6 persen dibandingkan triwulan-triwulan sebelumnya yakni hanya 4,71 persen.

Namun katanya harus diakui bahwa pertumbuhan yang nampak melambat dalam awal tahun ini (triwulan pertama) umumnya bersifat situasional karena pergerakan ekonomi secara makro telah ikut memicu tingkat pertumbuhan yang rendah.

Jadi tidak perlu risau karena pertumbuhan ekonomi sepanjang 2015 masih bisa di atas 5 persen kendati pada triwulan I-2015 hanya tumbuh 4,6. Ia memperkirakan pertumbuhan ekonomi hingga akhir 2015 dapat mencapai 5,3 persen. "Pada semester kedua 2015 nanti, ketika proyek-proyek infrastruktur pemerintah bisa diakselerasi, maka pertumbuhan akan cepat dan bisa melampaui di atas lima persen," katanya.

Dia menyebut pertumbuhan ekonomi Indonesia pada bulan Januari hingga Maret 2015 berada pada tingkat 4,6 persen atau yang paling rendah sejak tahun 2009. Ini diakibatkan oleh pada sektor pertanian terjadi kemunduran periode tanam, kemudian harga atau juga produksi minyak mentah juga turun karena harga internasional juga sedang turun.

Kemudian juga katanya impor bahan baku, impor barang modal dan impor barang-barang konsumsi juga terjadi penurunan sehingga mempengaruhi impor barang modal terhadap investasi di pembentukan modal tetap bruto. Karena itu Pemerintah perlu mengantisipasi potensi berlanjutnya penurunan konsumsi domestik yang terlihat dari data penurunan impor bahan baku/penolong dan barang modal selama Januari-April 2015.

Sebab rendahnya impor bahan baku/penolong pada April dapat mengindikasikan semakin menurunnya kinerja industri, padahal tren konsumsi tinggi yakni saat Bulan Ramadhan dan Lebaran tinggal 1,5 bulan lagi, terhitung dari akhir April hingga 18 Juni 2015.

Dia memperkirakan menurunnya konsumsi domestik tersebut dikarenakan semakin menurunnya permintaan masyarakat, dan tekanan nilai tukar rupiah, --yang kembali menyentuh kisaran Rp13.000 per dolar AS--, telah menghambat agresivitas industri. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Achmad Fauzi

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: