Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Misteri Beras Tiongkok (Bagian II)

Warta Ekonomi -

WE Online, Beijing - Jumlah tersebut menurun pada periode Januari-Maret 2015 yang hanya mencapai 182,2 ribu dolar AS. Atas data tersebut, baik pihak Indonesia maupun Tiongkok, belum berkomentar.

Tentang jenis beras yang diekspor, khususnya dengan tujuan Indonesia, pihak bea cukai tidak mencantumkannya.

Selain mengekspor, Tiongkok juga mengimpor beras dari 11 negara antara lain Amerika Serikat, Thailand, Vietnam dan India. Pada triwulan pertama 2013 total impor beras yang dilakukan Tiongkok mencapai nilai 326.277.380 dolar AS. Jumlah tersebut menurun pada periode sama 2014 yang mencatatkan nilai 247.375.572 dolar AS.

Penurunan juga terjadi pada triwulan pertama 2015 dengan nilai 170.422.842 dolar AS.

Apa Yang Tidak Bisa "Apa sih yang tidak bisa dibuat di Tiongkok,?" demikian pernyataan retoris yang muncul saat isu beras plastik mencuat.

Beras plastik ditengarai diproduksi di sebuah pabrik di Taiyuan, Provinsi Shaanxi, Tiongkok. Isu tersebut ramai dibperbincangkan di media sosial dan surat kabar beberapa negara di Asia pada 2011.

Beras plastik tersebut rupanya tidak hanya beredar di Indonesia, tapi menyebar di seluruh negara-negara di Asia, utamanya negara yang populasi warga pedesaannya besar seperti India dan Vietnam, demikian menurut The Straits Times.

Beras plastik itu dilaporkan terbuat dari kentang, ubi dan resin atau sejenis senyawa polymer rantai karbon yang biasa digunakan untuk merekatkan. Semua bahan lalu dibentuk menjadi seperti beras sebenarnya.

Rumor terakhir, beras plastik dikabarkan masuk ke Singapura. Namun juru bicara Otoritas Pertanian Pangan dan Penyakit Hewan (AVA) mengatakan pada The Straits Times: "Sebagai bagian dari pengawasan rutin AVA, beras impor diinspeksi secara berkala dan diambil sampelnya untuk memastikan kesesuaiannya dengan standar keamanan pangan dan persyaratan kita".

"Tes sampel kita meliputi berbagai bahaya makanan. Sejauh ini hasil tes memuaskan. Tak ada umpan balik soal beras palsu." Pakar kesehatan dan ahli asupan pangan telah mengingatkan bahwa mengkonsumsi bulir beras palsu bisa mematikan atau mengakibatkan kerusakan serius pada sistem pencernaan.

Tiongkok memang memiliki rekam jejak kurang baik terkait keamanan pangan, sebutlah skandal susu melamin yang mengakibatkan 300 ribu anak sakit dan lainnya meninggal dunia, telur ayam palsu yang mengandung calsium chloride (untuk membuat kulit telur) , alum (sejenis bahan pelembut) , benzoic acid (bahan pengawet) , cellulose dapat menyebabkan kerusakan syaraf, gangguan metabolisme hingga kerusakan hati.

Ada pula air mineral kemasan terkontaminasi, tahu yang dibuat dari bahan-bahan kimia, bihun yang dibuat dari pakan ternak serta daging kambing palsu yang dibuat dari campuran daging tikus, rubah, dan musang dengan bahan-bahan kimia. Madu palsu pun ada di Tiongkok.

Atas beragam kasus tersebut, pihak kepolisian setempat telah melakukan pemeriksaan terhadap pabrik yang memproduksi dan menahan pihak-pihak yang terlibat langsung maupun tidak langsung.

Pada Kongres Rakyat Nasional Tiongkok pada April 2015 telah diloloskan amandemen terhadap UU Keamanan Pangan sebelumnya. Pada amandemen tersebut ditetapkan hukuman kurungan bagi pelaku yang memproduksi dan memperdagangkan makanan yang mengandung obat berbahaya, makanan daur ulang disertai denda 15 sampai 30 kali lipat dari total harga komoditas.

Undang-undang juga menyatakan penggunaan bahan baku makanan kadaluarsa atau makanan tambahan produksi dapat dikenakan denda 10 -20 kali nilai total komoditas atau bahkan pencabutan izin.

Para analis dan masyarakat berharap dengan amandemen tersebut keamanan pangan akan dapat lebih dijamin. Namun, tanpa pengawasan ketat bagi pencegahan, maka hal itu juga akan sia-sia. Keberadaan beras plastik yang ditengarai diproduksi dan diekspor ke beberapa negara menjadi catatan tersendiri tidak saja bagi Tiongkok, tetapi juga Indonesia.

Hubungan kedua negara yang telah berjalan baik, memang harus tetap dijaga bahkan ditingkatkan, dengan tetap memperhatikan kepentingan dan hak untuk hidup sehat bagi rakyat kedua bangsa.

Ada atau tidak beras plastik dari Tiongkok, kedua pihak harus bersikap transparan demi menjaga hubungan baik dan kemakmuran rakyat kedua bangsa. (Ant) SELESAI

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Sucipto

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: