Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Geolog: Pemicu Lumpur Lapindo Perbuatan Manusia

Warta Ekonomi -

WE Online, Paris - Sebuah tim peneliti geologi dari Amerika Serikat, Inggris dan Australia menulis dalam jurnal Nature Geosciences bahwa analisis baru tingkat gas bawah tanah yang diukur pada saat ledakan tersebut menuding eksplorasi gas --bukan gempa-- sebagai pemicunya.

Para Senin (29/6/2015), para geolog itu menghidupkan kembali perdebatan tentang apakah menyalahkan alam atau manusia untuk letusan dahsyat sembilan tahun lalu sebuah gunung berapi lumpur di Sidoarjo, Indonesia, yang masih mengeluarkan lumpurnya hingga hari ini.

"Secara keseluruhan, data kami sangat mendukung pemicunya perbuatan manusia," kata penulis bersama penelitian Mark Tingay dari Universitas Adelaide dalam sebuah pernyataan.

Gunung Lumpur Sidoarjo (Lusi) meletus pada 29 Mei 2006, di tengah-tengah daerah persawahan di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Semburan lumpur panas ini telah menghancurkan banyak desa, pabrik, toko, dan jalan raya. Sebanyak 12 orang tewas dan sekitar 40.000 orang telah mengungsi.

Lusi terus menyemburkan lumpur pada tingkat sekitar 30.000 sampai 60.000 metes kubik per hari, menurut otoritas manajemen bencana --setara dengan 12-24 kolam renang ukuran Olimpiade berisi lumpur.

Lebih dari 6,5 kilometer persegi (2,5 mil persegi) dari wilayah Sidoarjo telah terkubur lumpur hingga kedalaman 40 meter (130 kaki) dari lumpur, kata pernyataan, dengan kerugian diperkirakan mencapai lebih dari 2,7 miliar dolar AS (2,4 miliar euro). Pemerintah Indonesia telah mendirikan tanggul sekitar 20 kilometer (12 mil) setinggi sekitar 10 meter.

Studi sebelumnya telah bergantian menyalahkan antara gempa bumi Yogyakarta 6,3 skala richter yang terjadi dua hari sebelum terjadi semburan lumpur sekitar 260 kilometer (162 mil), dan sumur gas Banjar Panji hanya 150 meter (164 yard) dari kawah utama gunung berapi lumpur.

Akhir perdebatan?.

Perusahaan tidak bisa dihubungi untuk memberikan komentar pada Senin (29/6), namun perusahaan minyak dan gas Indonesia, Lapindo Brantas Inc, yang melakukan pengeboran waktu itu, bersikeras dalam laman-nya bahwa penyelidikan tidak menemukan bukti yang menghubungkan kegiatan pengeboran dengan letusan.

"Para ahli geologi Lapindo Brantas Inc. percaya semburan lumpur itu terkait dengan aktivitas seismik sekitar gempa dua hari sebelumnya," kata pihak perusahaan dengan menjanjikan bantuan keuangan untuk warga Sidoarjo yang terdampak.

Penelitian terbaru langsung bertentangan dengan penelitian yang diterbitkan dalam jurnal yang sama hampir tepat dua tahun yang lalu, yang menyalahkan gempa untuk ledakan lumpur Sidoarjo.

Penelitian tersebut, yang dipimpin oleh Stephen Miller di Universitas Bonn di Jerman, menggunakan pemodelan komputer untuk menentukan bahwa gempa akan mencairkan tanah liat (clay) sumber lumpur bawah tanah, dan menyebabkan semburan ke dalam patahan. Tapi penelitian terbaru menemukan skenario seperti itu "tidak mungkin".

"Pencairan tanah liat (clay) selalu dikaitkan dengan pelepasan gas yang luas, dan pelepasan gas yang besar ini dinyatakan telah membantu aliran lumpur ke atas dan meletus di permukaan," kata Tingay.

Hanya saja analisis timnya sendiri menunjukkan "bahwa tidak ada pelepasan gas setelah terjadinya gempa." Untuk melihat isi gas dari formasi batuan di bawah letusan, para peneliti telah mengandalkan pengukuran dari sumur Banjar Panji, di mana catatan rinci dari konsentrasi gas dan komposisi terjaga selama pengeboran. "Kami berharap ini menutup perdebatan tentang apakah gempa bumi menyebabkan bencana unik ini," tambah Tingay. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Achmad Fauzi

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: