Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

DPR: Pemerintah Perlu Antisipasi Kondisi Ekonomi Global

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta - Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mendesak dan mendorong pemerintah untuk mengambil langkah-langkah nyata guna mengendalikan kinerja perekonomian nasional.

Hal ini diungkapkan Ketua DPR Setya Novanto menanggapi kondisi ekonomi dunia yang belum pulih dan ditandai dengan penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia, perekonomian Asia, serta diperparah dengan melemahnya ekonomi Eropa, termasuk krisis Yunani yang gagal membayar utangnya.

"Kondisi perekonomian global tersebut dapat berdampak kepada perlambatan ekonomi di Indonesia. Kondisi ini berpengaruh terhadap pelemahan nilai tukar rupiah," kata Setya dalam rapat paripurna DPR di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (7/7/2015).

Untuk itu, DPR mendorong pemerintah mengoptimalkan realisasi dan mengefektivitaskan penggunaan anggaran agar dapat menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

"Selain itu, juga perlu ditindaklanjuti dengan pengaturan dalam regulasi antara lain dengan menyederhanakan pembahasan dan penyelesaian RUU JPSK. Selain itu, RUU tentang Perubahan UU Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dan RUU Perubahan Kedua UU Nomor 23 Tahun 1999 tentang BI sebagaimana telah menjadi prioritas Prolegnas Tahun 2015," tambahnya.

Sebelumnya pengamat ekonomi Ichsanuddin Noorsy mengatakan perekonomian Indonesia saat ini tengah berada pada kondisi lampu kuning dan di ambang resesi. Ia menyebutkan sejumlah indikator seperti nilai tukar rupiah yang merosot, daya beli masyarakat yang melemah, dan pertumbuhan ekonomi yang melambat.

"Menurut saya, pertumbuhan ekonomi Indonesia sudah di ambang resesi karena saat ini sudah lampu kuning. Itu lampu kuning resesi yang menjurus pelambatan total, meski tidak sampai pertumbuhan negatif tahun 1997 dan 1998," ungkap Noorsy, beberapa waktu lalu.

Menurutnya, keadaan ini terjadi karena terus turunnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dan tidak optimalnya penyerapan pajak. "Menurut saya, resesi sudah di depan mata jika penerimaan pajak short fall dan belanja short age. Indikatornya, satu dolar sama dengan Rp 14.250," tambahnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: