Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Isu 'Reshuffle' Resahkan Dunia Pasar Modal

Warta Ekonomi -
WE Online, Jakarta -  Dunia pasar modal diresahkan dengan isu reshuffle kabinet yang akan dilakukan presiden. Sebagian pelaku pasar modal menganggap penurunan kondisi perekonomian Indonesia saat ini faktor dominannya adalah ekonomi global. Pasar modal menganggap perombakan kabinet saat ini terlalu prematur dan berbahaya bagi perekonomian nasional. Hal tersebut ditegaskan oleh Direktur Eksekutif Network of Market Investor (NMI) Institute Reagy Sukmana.
 
"Yang akan menjadi blunder adalah jika terjadi (reshuffle) di tim ekonomi, maka otomatis hal ini akan berdampak pada program2 ekonomi pemerintah yang sudah berjalan. Belum genap setahun kabinet ini bekerja, sedangkan program-program ekonomi yang terbangun sekarang adalah program pembangunan jangka panjang. Hasilnya akan dapat dirasakan dalam 2-3 tahun mendatang," ujar Reagy kepada media, Selasa (28/7).
 
Lebih lanjut ia menambahkan perlambatan perekonomian tiongkok yang merupakan mitra dagang terbesar Indonesia memiliki implikasi bagi kepentingan nasional.
 
 
"Belum lagi ambruknya pasar modal Tiongkok. Ini akan jadi pukulan kedua. Imbas ini yang harus kita kalkulasi dan antisipasi," tambahnya.
 
Melambatnya perekonomian Tiongkok membawa dampak kejatuhan harga komoditi Indonesia, mengingat komoditi menjadi kunci dari ekspor nasional. Selain itu, faktor pengetatan moneter AS yang berdampak terhadap capital outflow dan depresiasi rupiah menyebabkan harga-harga barang impor menjadi mahal sehingga membatasi daya beli masyarakat. 
 
"Dari internal, faktor yang mempengaruhi perlambatan adalah suku bunga yang tinggi dimana hal ini menyebabkan turunnya daya beli masyarakat sehingga konsumsi domestik mengalami penurunan. Selain itu belanja pemerintah yang diharap-harapkan mampu mendongkrak perekonomian ternyata belum juga cukup terealisasi. Hal ini lah yang menjadi trigger perlambatan perekonomian indonesia. Padahal acuan ekonomi kita sudah on the track," jelasnya.
 
Isu reshuffle inilah yang menimbulkan ketidakpastian dan kecemasan dikalangan pasar modal karena berakibat meningginya tendensi politik, "ini bukan sesuatu yang disukai oleh pasar," ujarnya.
 
Direktur Eksekutif Network of Market Investor (NMI) Institute ini menambahkan, kekuatiran terbesar pasar saat ini bukanlah pada kinerja kabinet di sektor perekonomian.
 
"Menko perekonomian dan menteri keuangan sudah membuat terobosan dan kebijakan yang tepat untuk perekonomian kita. Saat ini pasar mulai membaca isu reshuffle kabinet ini dihembuskan oleh partai politik yang menginginkan kursi menteri keuangan, menko perekonomian dan menteri BUMN," tambahnya. Jika ini terjadi, maka dapat di pastikan reaksi pasar akan negatif. 
 
Sekedar catatan, perlambatan perekonomian Indonesia sudah dimulai sejak 2012. Pada akhir tahun 2011 hingga kuartal pertama 2015, PDB Indonesia diangka 4,71 persen. Langkah yang dilakukan pemerintah adalah mengurangi ketergantungan kepada eksport komoditi dan konsumsi rumah tangga, dengan menitikberatkan pada pembangunan infrastruktur untuk mendongkak perekonomian.
 
Hal ini terlihat dari pengurangan belanja pemerintah untuk subsidi BBM yang merupakan sektor konsumtif di alihkan ke pembangunan infrastruktur yang merupakan sektor produktif. Namun karena persetujuan APBN-P 2015 baru terjadi di bulan Februari, hal inilah yang memperlambat proyek infrastruktur. 
 
Reagy Sukmana memprediksi, di kuartal ketiga dan keempat 2015 pembangunan infrastruktur sudah sepenuhnya berjalan.
 
"Ini hal yang lazim disetiap negara, perubahan kebijakan pembangunan konsumtif menuju produktif pasti menimbulkan turbulensi. Pasar memahami itu. Namun kami mengingatkan presiden, jika reshuffle menteri bidang ekonomi dilakukan saat ini, berpotensi semakin memperlambat pertumbuhan ekonomi kita. Terlebih jika penggantinya berasal dari kalangan partai politik," tutupnya

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Achmad Fauzi
Editor: Achmad Fauzi

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: