Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Menkeu: Fundamental Ekonomi Indonesia Masih Baik

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta - Menteri Keuangan Bambang PS Brodjonegoro memaparkan, kondisi fiskal dan perekonomian nasional masih terkelola secara baik, di tengah perekonomian dunia yang penuh tantangan, sehingga solidnya pengelolaan fiskal ini membuat kepercayaan investor tetap tinggi dan terjaga baik.

"Di tengah ekonomi dunia yang penuh tantangan, berbagai indikator makro ekonomi menunjukkan fundamental ekonomi Indonesia masih dalam kondisi baik," kata Menkeu dalam pemaparannya berjudul Maintaining Growth Momentum in the Face of Uncertainty pada acara Investor Forum Singapura, di Hotel Shangrila Singapura melalui keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Rabu (29/7/2015).

Bambang Brodjonegoro menguraikan, saat ini berbagai indikator ekonomi nasional seperti neraca perdagangan, neraca pembayaran, inflasi, dan arus investasi menunjukkan kondisi yang baik. Neraca perdagangan mengalami surplus US$ 4,35 miliar sepanjang Januari-Juni 2015. Sedangkan neraca pembayaran surplus 1,3 miliar dolar AS pada kuartal I-2015, dengan defisit neraca berjalan yang terus mengecil.

Untuk inflasi, Menkeu memprakirakan laju inflasi sepanjang tahun ini sebesar 4,21 persen. Khusus bulan Juli, inflasi bulanan sekitar 0,8-1,13 persen.

Demikian pula dengan arus investasi, baik penanaman modal asing (PMA) maupun penanaman modal dalam negeri yang tercatat terus meningkat. Investasi PMA pada kuartal II-2015 mencapai Rp 92,2 triliun, naik dari posisi kuartal I-2015 sebesar Rp 82,1 triliun. Demikian pula dengan investasi PMDN yang pada kuartal II-2015, realisasinya mencapai Rp 42,9 triliun (kuartal I Rp 42,5 triliun).

Dari sisi pengelolaan fiskal, terjaganya defisit APBN-P 2015 di angka yang kecil membuat kepercayaan investor tetap tinggi terhadap Indonesia. Tingginya kepercayaan investor terlihat dari setiap kali lelang obligasi pemerintah, baik domestik maupun internasional yang selalu alami kelebihan permintaan.

"Dalam empat kali penerbitan global bond, selalu alami kelebihan permintaan baik global bond konvensional, sukuk global hingga yang terakhir Eurobond," jelas Menkeu Bambang Brodjonegoro.

Hal yang sama juga terjadi dalam lelang SUN di pasar domestik. Menurut Bambang, dalam lima kali lelang terakhir, yakni 28 April, 11 Mei, 26 Mei, 9 Juni, dan 23 Juni, terjadi peningkatan permintaan, baik dari investor domestik maupun asing.

Investasi- investor asing di SUN dalam tiap lelang juga terus meningkat dari Rp 3 triliun menjadi Rp 5 triliun dan terakhir Rp 6 triliun.

"Standard and Poors juga sudah menaikkan outlook rating Indonesia menjadi positif di tengah penurunan perekonomian global dan pasar finansial," ujar Bambang.

Anggaran Produktif Lebih lanjut Menkeu memaparkan, revisi APBN-2015 menjadi APBN-P 2015 berhasil dilakukan baik dari sisi penerimaan, belanja, dan pembiayaan, dengan tetap mampu menjaga defisit dalam batas aman. APBN-P 2015 dibuat mengedepankan kualitas belanja, dengan menghemat anggaran subsidi BBM Rp 211,3 triliun untuk direalokasikan ke pembangunan infrastruktur dan kesejahteraan sosial. Dalam APBN-P 2015, untuk pertama kalinya juga anggaran infrastruktur dan pangan lebih besar dari subsidi energi.

"Anggaran infrastruktur naik 63,2 persen dari Rp 178 triliun dalam APBN 2014 menjadi Rp290 triliun," kata Bambang.

Anggaran infrastruktur ini untuk menopang pembangunan jalan baru sepanjang 2.650 km, jalan tol 1.000 km, pemeliharaan jalan 46.770 km, pembangunan rel kereta api 2.159 km, pembangunan rel dalam kota 1.099 km, pembangunan 24 pelabuhan baru, pengembangan 59 pelabuhan, dan pembangunan 15 bandara baru serta perluasan 20 bandara.

Sementara itu, prospek perekonomian dunia saat ini belum menunjukkan pemulihan yang berarti. Dalam World Economic Outlook edisi Juli, IMF menurunkan prakiraan pertumbuhan ekonomi dunia dari 3,5 persen (kajian April) menjadi 3,3 persen, ekonomi AS dari 3,1 persen menjadi 2,5 persen, ekonomi Tiongkok tetap 6,8 persen, dan ekonomi ASEAN-5 dari 5,2 persen menjadi 4,7 persen. Namun, proyeksi perekonomian pada 2016 akan lebih baik, dengan pertumbuhan ekonomi dunia diprakirakan 3,8 persen, AS 3 persen, Tiongkok 6,3 persen, dan ASEAN-5 5,1 persen.

Perlambatan ekonomi, lanjut Menkeu, terjadi di hampir penjuru dunia. Khusus Indonesia, perlambatan ekonomi pada kuartal I-2015 bersifat sementara karena pada kuartal-kuartal berikutnya akan meningkat didukung oleh kebijakan fiskal yang kuat dan pencairan anggaran pemerintah.

"Bloomberg composite memprakirakan ekonomi Indonesia akan tumbuh dalam tiga kuartal berikutnya, yakni 5 persen pada kuartal II dan masing-masing 5,4 persen pada kuartal III, IV, dan kuartal I-2016 untuk kemudian naik menjadi 5,7 persen pada kuartal II-2016," tutur Menkeu.

Beberapa kebijakan stimulus sudah dikeluarkan pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, seperti mendirikan tim evaluasi dan pengawasan realisasi anggaran/TEPRA, pencairan PMN, revisi tax allowance, pemberlakuan tambahan bebas Visa untuk 30 negara, revisi aturan pengadaan barang dan jasa, revisi PPnBM untuk barang mewah, kenaikan pendapatan tidak kena pajak, dan revisi tarif bea masuk.

"Yang dalam proses adalah regulasi untuk mempercepat pembangunan infrastruktur, memperkuat kerja sama skema PPP dan non-PPP untuk pembangunan infrastruktur, revisi tax holiday, subsidi bunga KUR untuk UKM, dan insentif pajak untuk industri perkapalan," jelas Menkeu. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Achmad Fauzi

Advertisement

Bagikan Artikel: