Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kemenkes Segera Siapkan Inpres Penanggulangan Penyakit Terabaikan

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta - Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan Mohamad Subuh mengatakan pemerintah menyiapkan instruksi presiden penanggulangan penyakit terabaikan (neglected tropical diseases) seperti kaki gajah (filariasis), demam keong (schistosomiasis), cacingan, kusta, dan patek (frambusia).

"Mudah-mudahan secepatnya bisa diterbitkan untuk mempercepat penanggulangan penyakit terabaikan itu," katanya di Jakarta, Kamis (30/7/2015)

Mohammad Subuh mengatakan pembahasan bersama kementerian terkait dalam penyusunan instruksi presiden itu, katanya, sedang berlangsung di Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan.

Mohamad Subuh mengatakan pemerintah menargetkan Indonesia terbebas dari penyakit kaki gajah pada 2020 dan untuk memastikan target itu terwujud maka Kementerian Kesehatan memprogramkan Bulan Eliminasi Kaki Gajah (Belkaga) setiap Oktober selama lima tahun mulai 2015 melalui minum obat pencegah kaki gajah.

Kaki gajah merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan melalui gigitan nyamuk di tubuh. Sementara penyakit demam keong menjangkiti masyarakat di sekitar Taman Nasional Lore Lindu (TNLL), Sulawesi Tengah.

Demam keong disebabkan oleh cacing schistosoma japonicum yang hidup endemik di kawasan Taman Nasional Lore Lindu. Cacing masuk ke tubuh manusia melalui pori-pori kulit lalu menyerang hati sehingga bisa menyebabkan kematian.

Beberapa desa di Kabupaten Sigi dan Poso merupakan lokasi penyebaran penyakit demam keong. Kecamatan Lindu, Kabupaten Sigi dan Dataran Napu, Kecamatan Lore di Kabupaten Poso sejak puluhan tahun merupakan wilayah penyebaran penyakit langka itu.

Mohamad Subuh mengatakan penyakit demam keong pertama kali ditemukan pada zaman penjajahan Belanda pada 1938 dan dipastikan oleh peneliti dari Fakultas Kedokteran UI pada 1973.

Frambusia (patek atau borok) yang disebabkan oleh bakteri treponema pertenue, merupakan penyakit kulit menular yang ditandai dengan timbulnya bintil-bintil kecil pada kulit yang kemudian pecah mengeluarkan nanah. Saat mengering luka itu akan timbul kerak dan membekas, disertai dengan sakit kepala dan nyeri pada persendian.

Pada Peringatan Hari Kusta Sedunia 25 Januari lalu, Menteri Kesehatan Nila Moeloek antara lain mengatakan Indonesia sudah mengalami kemajuan yang pesat dalam pembangunan di segala bidang termasuk kesehatan, namun kusta sebagai penyakit kuno masih ditemukan.

Indonesia hingga saat ini merupakan salah satu negara dengan beban penyakit kusta yang tinggi. Pada 2013, Indonesia menempati urutan ketiga di dunia setelah India dan Brazil. Tahun itu Indonesia memiliki jumlah kasus kusta baru sebanyak 16.856 kasus dan jumlah kecacatan tingkat 2 di antara penderita baru sebanyak 9,86% (WHO, 2013).

Sedangkan cacingan, umumnya terjadi pada anak-anak, terjadi karena kurangnya perhatian dalam menjaga kebersihan tangan atau makan tanpa cuci tangan. Mohamad Subuh mengingatkan masyarakat untuk benar-benar menjaga kebersihan lingkungan.

"Kegiatan Jumat Bersih yang dahulu pernah ada perlu digalakkan kembali agar masyarakat semakin peduli untuk menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan," katanya. (Ant)

Baca Juga: Pujian untuk Ambisi Berkelanjutan, Warta Ekonomi Gelar Indonesia Most Visionary Companies Awards 2024

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Achmad Fauzi

Advertisement

Bagikan Artikel: