Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Komisi VI Beberkan Cara Main Mafia Gula Impor

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta - Wakil Ketua Komisi VI DPR Heri Gunawan menilai Menteri Perdagangan Rachmat Gobel tidak mendukung upaya pemberantasan mafia impor gula yang ingin diberantas oleh pemerintah dengan menerbitkan izin impor gula sebesar 2,21 juta ton.

Dia menjelaskan Presiden Jokowi pernah mengakui tengah dikepung oleh para mafia gula. Mafia-mafia itu dinilainya tidak henti-hentinya menghisap untung dari impor gula. Politisi Partai Gerindra itu menerangkan setidaknya para mafia mendapat bayaran minimal Rp 1.000/kg jika berhasil datangkan gula impor.

"Sungguh sangat disayangkan. Di saat KPK sedang mengusut tata niaga gula yang amburadul, Kementerian Perdagangan justru kembali menerbitkan izin impor gula sehingga total impor menjadi sebesar 2,21 juta ton. Itu berarti, Kementerian Perdagangan sedang membuka peluang besar bagi kerugian finansial triliunan rupiah yang dinikmati para mafia. Hitungan sederhananya begini: 2,21 jutaƗ1.000 kgx Rp 1.000= 2,21 triliyun=2.210.000.000.000 (2,21 juta juta)," kata Heri saat dihubungi di Jakarta, Senin (3/8/2015).

Dia menambahkan para mafia gula itu bekerja secara sistematis dan teratur. Mereka memanfaatkan lemahnya industri gula nasional yang tidak mampu memenuhi kebutuhan gula untuk industri makan-minum dalam negeri. Kondisi itu diperparah dengan kinerja menteri-menteri terkait yang seperti tak berkutik di hadapan mafia.

"Menteri itu secara terang-terangan, mereka bisa mengatur kebijakan impor gula setiap tahun. Akhirnya, izin impor gula terus dibuka lebar-lebar tanpa sepengetahuan Komisi VI DPR. Lagi-lagi, kebijakan strategis ini diambil pemerintah di saat parlemen sedang melakukan reses," pungkasnya.

"Mafia-mafia itu menyamarkan berbagai aturan teknis dengan bahasa halus. Misalnya, istilah gula premium dan medium. Padahal, di industri gula hanya dikenal dua istilah, yaitu gula kristal putih dan rafinasi. Lalu, gula rafinasi yang seharusnya untuk industri makan-minum, bocor ke pasar-pasar untuk konsumsi. Tidak heran, harga gula jatuh, petani gula menjerit," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ferry Hidayat
Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: