Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Safari Mudik RNI: Siapkan Distributor Sebagai Motor

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta - Lebaran kali ini sangat istimewa bagi saya. Dengan penuh semangat saya menyetir sendiri dari Bogor menuju ke Yogya - sebagai tempat persinggahan pertama - sebelum dilanjut ke Cepu, kampung halaman saya.

Mengapa istimewa dan semangat? Dalam benak saya, saya berangan-angan nanti saat perjalanan mudik dan kelak balik ke Jakarta lagi saya akan mengunjungi banyak wilayah kerja  anak perusahaan RNI  atau unit usaha yang tersebar di sepanjang jalur mudik saya nanti.   Saya coba lihat peta jalur mudik yang akan saya lalui,  mulai dari pantura Jabar saya akan melewati wilayah kerja PT PG Rajawali II mulai dari Subang sampai Ketanggungan. Tol Cipali membelah areal kebun tebu PG Subang - Rayon Manyingsal dan menggusur tanaman tebu di HGU PT PG Rajawali II sekitar 16,55 ha lebih. Pintu exit tol di Pejagan terletak di tengah-tengah area perkebunan PG Tersana Baru, Rayon Ketanggungan Barat. Cukup luas memang areal eks tebu petani di wilayah kerja PG Jatitujuh, Sindanglaut, Karangsuwung dan Tersana Baru yang terkena dampak akibat pembangunan tol baru tersebut.  Namun demikian pembangunan jalan tol tersebut juga memberikan opportunity baru bagi PT PG Rajawali II khususnya areal HGU PG Subang yang harus terbelah menjadi dua namun tidak sama besar.  Ada sisa areal kurang lebih 150 ha dipinggir jalan tol Cipali yang sebenarnya bisa dioptimalkan menjadi rest area atau manfaat lainnya yang mungkin bisa berlipat-lipat nilainya. 

Di bagian timur, saya akan melewati areal “pertempuran" PG Madukismo dan PG Rejo Agung dalam memperebutkan tebu dengan PG-PG tetangga sejak dari wilayah eks Karesidenan Kedu (Kebumen, Purworejo, dsk), Karesidenan Surakarta (terutama Kab. Sragen) dan Karesidenan Madiun (Magetan, Ngawi, Ponorogo dan Madiun). Bahkan di Cepu, Blora, Purwodadi dan Bojonegoro juga sudah lama menjadi ajang rebutan tebu bagi PG-PG di sekitar wilayah eks Karesidenan Bojonegoro, lebih-lebih dengan telah beroperasinya PG Gendhis Multi Manis (PG Baru) yang dibangun swasta dengan kapasitas besar dan teknologi yang ultra modern. Makin riuhlah persaingan dalam mendapatkan bahan baku di wilayah Jawa Tengah-Timur tersebut.

Belum lagi saya akan melewati pula banyak kantor cabang PT Rajawali Nusindo sejak dari Cirebon, Yogya, Magelang, Solo, Semarang dan last but not least PT Phapros Tbk di Semarang.

Oleh karena itu sudah tersusun dalam jadwal saya untuk melakukan road show pasca Lebaranmulai dari Yogya, Solo, Ngawi, Cepu, Semarang, Cirebon sebelum kembali ke Jakarta lagi. Saya bisa mengunjungi anak perusahaan, cabang-cabang atau PG-PG di sepanjang perjalanan balik tersebut.

Tetapi manusia hanya bisa berencana dan pada akhirnya Tuhanlah yang menentukan. Kamis pagi tanggal 16 Juli saya berangkat dari Bogor dengan keluarga kecil saya (istri dan 3 anak saya). Ternyata  kurang lebih 27 jam saya harus menempuh perjalanan mudik dari Bogor hingga Yogyakarta tanpa bisa singgah di wilayah kerja anak perusahaan atau cabang-cabang yang saya lalui.

Yang kemudian bisa cukup efektif saya kunjungi adalah PT Phapros Tbk dan Kantor Cabang PT Rajawali Nusindo Semarang.

Di PT Phapros selain melihat pabrik sambil memperlihatkan bagaimana pembuatan obat kepada anak-anak saya, saya juga berdiskusi tentang banyak hal dengan Direksi PT Phapros dan beberapa teman dari Holding yang sedang mudik di Semarang ditemani Kepala Cabang PT Rajawali Nusindo cabang Semarang bu Kris. Wanita yang energik dan penuh semangat.

Kenapa anak-anak saya, saya ajak sekalian melihat proses pembuatan obat-obatan di pabrik PT Phapros, supaya mereka paham bagaimana Antimo atau Antimo Herbal dibuat tetapi juga karena saya pernah punya pengalaman yang cukup memalukan sekaligus menggelikan di saat saya masih menjabat sebagai Asdep Industri Primer I KBUMN dan menangani BUMN Perkebunan. Ketika masih SD salah satu anak saya ditanya oleh gurunya tentang kegunaan utama  kelapa sawit.  Anak saya menjawab " untuk sirup minuman".  Saya tertawa sekaligus prihatin mendengar jawaban anak saya...ini bapaknya yang ngga "care" untuk ngasih tahu tentang seluk beluk kelapa sawit atau memang di SD pengetahuan umum tentang produk-produk kelapa sawit dimana Indonesia sekarang sebagai produsen terbesar CPO belum disosialisasikan sengan baik oleh pemangku kepentingan yang terkait dengan kelapa sawit.

Kembali ke PT Phapros, ternyata  PT Phaprospun mengalami  permasalahan terkait dengan keberadaan pabriknya yang terletak ditengah Kota Semarang bahkan posisinya yang sangat dekat dengan Klenteng Sam Po Kong, membuat Direksi PT Phapros harus memikirkan keberadaannya.  Sesuai Perda Kota Semarang  No.14 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Semarang 2011-2031, daerah Simongan dimana pabrik PT Phapros sekarang berada tidak boleh lagi untuk kawasan industri. Semua pabrik yang ada disitu harus angkat kaki dan cari lokasi baru.

Alhamdulilah, Direksi PT Phapros sudah mengantisipasi dengan membeli lahan baru di wilayah Ungaran seluas 9,4 ha sebagai calon relokasi pabrik. Tapi untuk membangun pabrik baru tentu  akan memerlukan waktu dan sumberdaya yang cukup besar, tapi saya yakin bahwa masalah ini akan dapat diatasi oleh PT Phapros. Bila lahan di kawasan Simongan dioptimalkan dengan baik oleh Direksi PT Phapros, saya yakin nilainya akan cukup memadai untuk modal awal membangun sekaligus mengembangkan pabrik baru yang kapasitasnya jauh lebih besar di lokasi yang baru nanti.

Sebagai anak perusahaan BUMN, saya juga berharap agar Phapros berperan banyak membantu Pemerintah melalui program BPJS Kesehatan. Kapasitas produksi obat generik harus dimaintain dengan baik sekaligus harus dibarengi dengan pengelolaan yang super efisien. Maklum saja, margin obat generik memang sangat tipis. Kejelian dalam mencari sumber dan timing pembelian bahan baku termasuk kunci penting dalam upaya untuk menekan HPP. Maklum sebagian besar masih harus diimpor sehingga sangat rentan terhadap fluktuasi nilai kurs. 

Di pasar rutin khususnya untuk obat ethical dan OTC, ke depan PT Phapros harus lebih agresif mengembangkan produk-produk barunya, terutama produk dengan margin tinggi. Tim produksi harus makin intensif melakukan riset dan bekerja sama dengan perguruan-perguruan tinggi ternama sementara  tim marketing harus lebih agresif melakukan penetrasi pasar.  Saya tidak perlu mengajari ikan berenang, selebihnya manajemen PT Phapros lebih paham dalam menjabarkan keinginan saya tersebut.

Untuk kebutuhan pengembangannya tersebut, PT Phapros memerlukan dana besar. Dana  tersebut bisa diperoleh jika PT Phapros melakukan IPO (Initial Public Offering), yaitu menjual sahamnya di pasar bursa. RNI harus ikut membeli saham itu secara proporsional sesuai kepemilikan sekarang jika tidak ingin terdilusi.  Direktur Keuangan RNI, Pak Yana Aditya yang sudah teruji kepiawaiannya dalam men-generate pendanaan dengan berbagai instrumen yang ada di pasar uang akan menghadapi tugas yang berat sekaligus menantang. Tentu saja sudah ada kiatnya tapi tidak akan saya beberkan semua disini. Itu merupakan bagian dari strategi bisnis yang masih rapat ada di kantong Direksi, bagaimana caranya untuk tetap bisa mempertahankan dan mengembangkan bisnis  PT Phapros di lokasi barunya nanti. Yang paling penting saat ini adalah bagaimana membenahi bisnis PT  Phapros, terutama terkait dengan hubungan dagang dengan PT Rajawali Nusindo sebagai distributor tunggalnya.

Saat diskusi tentang rencana  PT Phapros kedepan dikaitkan dengan PT Rajawali Nusindo, masalahnya masih tetap klasik yang terjadi semenjak saya masih menjadi Komisaris dulu. Tidak perlu saya beberkan detilnya lebih jauh. Intinya, kedua pihak - Direksi PT Phapros dan Direksi PT Rajawali Nusindo harus duduk bersama, memperbaharui niat untuk menyelesaikan masalah, tidak saling menyalahkan, bahkan masing-masing harus introspeksi dan melakukan pembenahan ke dalam sehingga satu demi satu benang yang kusut ini bisa diurai dan dua perusahaan besar RNI group ini bisa benar-benar diandalkan sebagai tulang punggung Holding.  Apalagi sejak awal saya ditugaskan sebagai Direksi RNI, saya berkeinginan agar PT RNI kembali ke khittahnya yakni menjadi investment holding dan  PT Rajawali Nusindo sebagai perusahaan distributor bisa menjadi motor penggerak bagi kebangkitan RNI menuju era kejayaannya.

Maju mundurnya PT Phapros juga tergantung kepada PT Rajawali Nusindo. Sebagai distributor tunggalnya  yang bertugas menjual, menjaga agar produk selalu siap di jalur distribusi, mengantarkan barang sampai ke customer, PT Rajawali Nusindo harus menyiapkan infrastrukturnya agar bisa memberikan layanan terbaik bagi PT Phapros seperti tertib memenuhi SLA-nya (Service Level Agreement), baik kepada customer maupun principal. Rajin menagih pembayaran dari customer dan rajin membayar kewajiban kepada principal.   Kira-kira itulah masalahnya kalau disederhanakan. Di dalam praktek, masalahnya sangat rumit apalagi kalau dibiarkan berlarut-larut tanpa ada upaya penyelesaian yang memadai dari kedua belah pihak. Saya berharap dalam evaluasi kinerja semester I 2015 yang akan saya laksanakan minggu depan, masalah pokoknya bisa dibedah dan dicarikan solusinya. Peran Group Head yang baru saya angkat sebelum Lebaran kemarin sangat saya harapkan untuk ikut membantu meningkatkan kinerja kedua perusahaan besar RNI ini.

Setelah berlebaran dan berliburan di kampung halaman masing-masing dalam waktu yang cukup panjang, setelah saling bermaafan dengan kerabat, sanak saudara dan rekan kerja, setelah semua kembali fitri; rasanya tidak berlebihan kalau saya berharap agar semua bekerja dengan semangat baru, dengan harapan baru sehingga tidak ada lagi yang saling menyalahkan, semuanya bersinergi untuk maju bersama-sama meraih kejayaan PT RNI.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Achmad Fauzi
Editor: Achmad Fauzi

Advertisement

Bagikan Artikel: