Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Atasi Kekeringan, Menteri PUPR Beri Penjelasan Pentingnya Air ke Petani

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mengklaim telah melakukan sejumlah langkah antisipasi menghadapi musim kering tahun 2015.

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono dalam pernyataan tertulis di Jakarta, Selasa (4/8/2015), menyebutkan, pihaknya juga melakukan pemantauan secara intensif terhadap ketersediaan air di waduk. Langkah antisipasi lain, kata Basuki, Kementerian PUPR melakukan penyuluhan kepada petani pengguna air.

"Kita menjelaskan bagaimana memanfaatkan air secara efesien dan efektif melalui Gerakan Hemat Air dan meningkatkan kesadaran terhadap pelestarian lingkungan hidup," kata Basuki.

Selain langkah antisipasi, Kementerian PUPR juga membuat langkah yang sifatnya jangka pendek seperti penangggulangan kekeringan, dengan cara menyediakan pompa air, suplai air bersih melalui mobil tanki dan hidran umum di daerah krisis air, juga membuat sumur-sumur dalam yang dilengkapi dengan pompa.

"Itu langkah jangka pendek. Untuk jangka menengah PUPR melakukan percepatan pembangunan 13 bendungan yang tersebar di 10 provinsi tahun ini," katanya.

Secara terpisah Direktur Jenderal Sumber Daya Air (SDA) Kementerian PUPR Mudjiadi sebelumnya mengatakan, dari pemantauan yang dilaksanakan secara intensif terhadap 147 waduk yang diamati tinggi muka airnya, terdapat 16 waduk utama yang terdiri dari sembilan kondisi normal yaitu Jatiluhur, Cirata, Sermo dan Sutami.

Kemudian, lima dalam kondisi defisit antara lain Keuliling, Batu Tegi, Saguling, Wonogiri dan Bening. Kondisi kering ada dua waduk yaitu Wadas Lintang dan Sempor.

"Upaya penanganan komprehensif oleh Ditjen SDA Kementerian PUPR adalah melakukan penanganan secara rutin dan berkelanjutan berupa program pembangunan 65 bendungan, pembuatan tampungan kecil berupa embung dan melakukan kegiatan operasi dan pemeliharaan untuk meminimalisir kebocoran sepanjang jaringan irigasi," katanya.

Selain itu, melakukan kaji ulang pola tanam dan efisiensi penggunaan air irigasi secara bergilir, pemantauan muka air waduk per minggu serta memberikan penyuluhan kepada petani bagaimana memanfaatkan air secara efisien, serta prosedur tetap penggunaan air tahunan.

Mudjiadi mengatakan bahwa sebenarnya penyebab terjadinya kekeringan tidak hanya disebabkan berkurangnya perubahan musim tetapi juga disebabkan oleh pelanggaran pola tanam yang dilakukan petani.

"Seharusnya padi-palawija-padi tetapi kebanyakan petani menggunakan pola tanam padi-padi-padi. Jadi, ketaatan petani pada pola tanam dan penggunaan air sangat berpengaruh pada kekeringan," katanya menegaskan.

Mudjiadi menambahkan bahwa Kementerian PUPR hingga saat ini sudah menyediakan 761 unit unit pompa air (yang tersebar ke 11 Balai Wilayah Sungai/Balai Besar Wilayah Sungai (BWS/BBWS) di 9 provinsi yaitu Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Tenggara, NTB, NTT dan Jawa Timur.

"Pompa yang tersedia memiliki kapasitas 10 s/d 30 liter/dtk dan kapasitas 5 s/d 150 ltr/dtk," jelas Mudjiadi.

Kedungombo Normal Mudjiadi juga mengatakan bahwa Waduk Kedungombo yang merupakan salah satu sumber utama air berada dalam kondisi normal dari segi ketersediaan airnya. Hal itu dilihat dari ketinggian muka air normal yakni elevasinya sekitar +90.00 dengan air masuk (inflow) rata-rata 723 juta meter kubik.

Penggunaan air di Waduk Kedungombo lebih banyak dimanfaatkan untuk penyediaan air baku 2.510 ltr/detik, penyediaan air irigasi menjadi 61.444 Ha, pembangkit tenaga listrik sebesar 23,90 MW, pengendalian banjir dengan meredam banjir Sungai Serang sebesar 2.460 m3/dtk, serta pariwisata.

Sementara itu, dari pemantauan Kementerian PUPR, sejak Mei 2015 sejumlah wilayah mengalami hari tanpa hujan lebih dari 60 hari. Wilayah tersebut adalah Jawa, Sulawesi Selatan, Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah, Lampung, Bali, NTB dan NTT.

Kemudian, Badan Nasioal Penanggulangan Bencana menyebut kekeringan telah melanda 12 provinsi, 77 kabupaten atau kota dan 526 kecamatan. Hingga Juli 2015, sekitar 111.000 hektar sawah mengalami kekeringan. Sebanyak 222.847 hektar sawah irigasi berpotensi kekeringan dan akan kehilangan panen lebih dari 1 juta ton. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Achmad Fauzi

Advertisement

Bagikan Artikel: