Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Perkembangan Industri Pariwisata RI Belum Merata

Warta Ekonomi -

WE Online, Bandung - Pengamat pariwisata sekaligus pendiri Lembaga Studi Pariwisata ITB, Myra P Gunawan menyatakan perkembangan industri pariwisata di Indonesia belum mengalami pemerataan sehingga menimbulkan kesenjangan pada sejumlah daerah terutama di timur Indonesia.

"Kunjungan domestik, kebanyakan wisatawan menyasar Pulau Jawa dan Sumatera," kata Myra P Gunawan di Bandung, Kamis (27/8/2015).

Berdasarkan hasil penelitiannya, jumlah wisatawan lokal pada 2014 mencapai 255 juta jiwa dan 70 persennya mengunjungi pulau Jawa.

Sementara itu data hasil statistik International Labour Organization (ILO) tahun 2011 yang mengukur perbandingan pencapaian indikator pariwisata di DKI Jakarta, Banten, Sulawesi Tengah, Bali, Riau dan Sumatera Utara menunjukan, DKI Jakarta dan Bali memperoleh persentase paling tinggi dibanding keempat daerah lain pada setiap indikator pengukur yang mencakup output, GDP, pajak tidak langsung, upah dan gaji, serta kepegawaian.

"Masalahnya industri pariwisata sering disalahartikan semata-mata sebagai industri sumber daya alam, padahal industri ini menyangkut pengetahuan, sumber daya intelektual yang memiliki visi ke depan serta kemampuan menelaah permasalahan dan potensi dari dalam," kata dia.

Lebih lanjut ia mengatakan potensi sumber daya alam yang dimiliki suatu daerah akan sia-sia bila tidak dilengkapi dengan sumber daya intelektual yang mampu memahami, mengolah dan mempromosikannya secara berkesinambungan.

"Hal yang paling krusial, lebih dari sembilan puluh persen kepala-kepala dinas pariwisata di daerah-daerah tidak memiliki basis pendidikan pariwisata. Pokoknya siapa saja yang ramah dan bisa bahasa Inggris bisa ditunjuk jadi kepala dinas," katanya.

Ia juga mengatakan, pendidikan pariwisata di Indonesia juga masih kurang memadai.

"Dulu yang berkembang di pendidikan pariwisata adalah ilmu keramah-tamahan (hospitality) yang sebenarnya berbeda dengan kepariwisataan. Setelah Dikti mengakui, baru bermunculan pendidikan pariwisata hingga jenjang S-1. Peta pendidikan pariwisata Indonesia masih perlu dibenahi," kata perempuan yang juga telah menerbitkan tiga buku terkait kepariwisataan itu.

Untuk meningkatkan potensi industri pariwisata, menurut Myra, pihak-pihak terkait harus berpegang pada empat pilar pembangunan pariwisata, yakni pembangunan destinasi, pengembangan pemasaran, pengembangan institusi atau kelembagaan serta pengembangan sumber daya intelektual.

"Daya saing dan kemitraan harus digalakkan, apalagi konsep ramah lingkungan dan tata niaga-nya, belum tersentuh," katanya.

Ia menambahkan, pembangunan industri pariwisata juga harus dilakukan secara berkesinambungan dengan pemikiran yang unik dan penuh komitmen sehingga bisa melahirkan inovasi pada perancangan kebijakan, implementasi dan pengelolaan. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Achmad Fauzi

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: