Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

DPR: Pemerintah Harus Efisienkan Rantai Distribusi

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta - Anggota Komisi IV DPR Rofi Munawar mengatakan rantai distribusi menjadi salah satu penyebab tingginya harga daging ayam di pasaran. Situasi ini telah menyebabkan lonjakan harga hingga empat kali lipat dari harga jual di tingkat peternak.

Untuk itu, perlu usaha serius dari pemerintah untuk melakukan efisiensi rantai distribusi dan memperhatikan kesejahteraan peternak ayam dengan menjaga stabilitas harga pokok produksi (HPP) ayam di bawah harga jual ayam hidup sehingga peternak masih bisa mendapatkan keuntungan dari usahanya.

"Mendesak pemerintah untuk memotong rantai distribusi yang tidak efisien yang telah menyebabkan mahalnya harga daging ayam," kata Rofi dalam rapat kerja dengan Menteri Pertanian di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (27/8/2015).

Selain itu, lanjutnya, pemerintah harus melakukan koordinasi berkala kepada asosiasi pedagang, asosiasi peternak, asosiasi rumah potong unggas, dan stakeholder lainnya. Ia menambahkan bahwa di Kota Bandung, sehari setelah masa mogok yang dilakukan para pedagang daging ayam sejak Kamis (20/8/2015) lalu harga daging ayam di pasaran masih dikategorikan tinggi.

Seperti harga daging ayam di Pasar Cihaurgeulis pada kisaran Rp39.000. Rofi mengungkapkan bahwa meskipun ada penurunan harga Rp1.000 dari harga awal sebelum demo berlangsung, pedagang ayam mengaku masih sepi pembeli. Ia menegaskan pemerintah dalam hal ini Kementerian Perdagangan (Kemendag) dan Kementerian Pertanian (Kementan) harus berkoordinasi untuk menyinkronkan serta mengatur tata niaga daging ayam.

"DPR mendukung langkah pemerintah untuk menurunkan harga daging sapi, daging ayam, dan pangan pokok lainnya, serta menindak tegas importir atau pelaku usaha pangan yang melakukan penimbunan daging sapi, daging ayam, dan pangan pokok lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan," tambahnya.

Selain rantai distribusi, tingginya harga daging ayam di pasaran dinilai sebagai dampak pengurangan pasokan bibit ayam atau day old chicken (DOC) sejak awal 2015. Pemerintah mengurangi pasokan bibit ayam hingga 30%, belum lagi kenaikan harga pakan ayam yang disebabkan nilai tukar dolar terhadap rupiah.

"Mengingat selama ini pabrik pakan ayam dimiliki oleh perusahaan asing dengan bahan baku sebagian besar perlu diimpor," ungkapnya.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: