Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pemerintah Mesti Perluas Penerapan Bioteknologi di Bidang Pertanian

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta - Pemerintah diimbau untuk bisa memberikan dorongan yang lebih luas bagi penerapan bioteknologi di sektor pertanian Tanah Air. Hal itu untuk memperkuat ketahanan pangan bangsa ini di tengah populasi yang kian bertumbuh. Tahun ini saja jumlah penduduk Indonesia mencapai 255,46 juta jiwa. Populasi yang besar ini tentunya akan menjadi tantangan serius bagi pemerintah, khususnya untuk pemenuhan kebutuhan pangan nasional.

Profesor Bambang Purwantara, anggota Komisi Keamanan Hayati untuk Produk Rekayasa Genetika, menilai penyusutan lahan pertanian untuk pangan serta degradasi kualitas lingkungan hidup akibat pencemaran mesti segera dicarikan solusinya. Menurutnya, bioteknologi merupakan salah satu solusi yang layak diketengahkan. Pasalnya, penerapan bioteknologi telah terbukti meningkatkan pendapatan petani secara global.

"Bioteknologi berpotensi untuk meningkatkan produksi pangan, begitu juga bagi kesejateraan petani dan mengurangi tekanan terhadap lahan beserta lingkungan hidup," sebutnya pada saat seminar bioteknologi bagi sektor pertanian di Hotel Aston, Cilandak, Jumat (4/9/2015).

Dia melanjutkan bioteknologi nantinya dapat diandalkan guna meningkatkan produktivitas pertanian secara intensif.

Sementara itu, Dr Graham Brooks berpendapat penerapan bioteknologi pada suatu negara hanya akan optimal bila pemerintah mengambil peran dalam menyebarkan informasi terkait penerapan bioteknologi. Pakar bioteknologi asal Inggris tersebut mencontohkan India sebagai salah satu negara yang sudah memanfaatkan bioteknologi bagi sektor pertanian.

Saat ini India telah bisa mengekspor kapas ke sejumlah negara. Padahal, beberapa tahun yang lalu negara di Asia Selatan ini menjadi salah pengimpor terbesar untuk produk kapas.

"Yang penting pemerintah memberikan informasi yang nyata terkait dampak ekonomi dan lingkungan bila ingin menerapkan bioteknologi. Pemerintah yang harus tegas. India saja saat ini mampu mengalokasikan uang dari ekspor kapas ke produk lain yang mereka butuhkan," urainya.

Sebagai informasi, penerapan bioteknologi terhadap tanaman nyatanya berhasil meningkatkan pendapatan petani global sebesar Rp 1.895 triliun. Pencapaian tersebut berasal dari 18 negara yang diakumulasikan selama 17 tahun (1996-2013). Tidak hanya itu pengadopsian teknologi ini juga mampu menekan angka pencemaran lingkungan.

"Penggunaan pestisida turun sebanyak 550 juta kg. Begitu juga dengan menurunkan pengunaan herbisida dan inteksida yang dapat diturunkan sebanyak 19 persen," pungkasnya.

Tahun 2013 sendiri bioteknologi berhasil dalam menurunkan pelepasan karbondioksida (CO2) ke atmostphere sebanyak 28 miliar kg atau setara dengan penghapusan 12,4 juta mobil dari jalan dalam setahun. Adapun, pendapatan petani di beberapa negara sejak 1996-2013 adalah sebagai berikut; Tiongkok (US$ 16,2 billion), India (US$ 16,7 billion), Amerika Serikat (US$ 57,8 billion), Australia (US$885 million), dan Argentina (US$17,6 billion).

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Febri Kurnia
Editor: Cahyo Prayogo

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: