Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Asyik, Penguatan Rupiah Berlanjut

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta - Nilai tukar rupiah melanjutkan tren penguatan terhadap dolar AS. Pagi kemarin, Selasa (6/10/2015), dolar AS menyentuh level Rp 14.170 dari sebelumnya di posisi Rp 14.400-an. Sorenya, ditutup di Rp 14.225 dibandingkan dengan posisi pada penutupan Senin Rp 14.452 per dolar AS.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Suahasil Nazara menjelaskan perbaikan itu tak lepas dari paket kebijakan yang dikeluarkan pemerintah beberapa waktu lalu yang memberikan sentimen positif terhadap investor.

"Orang bisa melihat paket kebijakan I dan II. Ada beberapa paket yang benar-benar diminati pengusaha. Artinya, (investor) melihat ada perbaikan baik dari sisi insentif maupun iklim usaha," katanya di Jakarta, Selasa (6/10/2015).

Menurut dia, sentimen tersebut perlu tetap dipertahankan sehingga bisa mendorong aliran dana yang masuk secara terus-menerus, tidak hanya di pasar keuangan namun juga di sektor riil.

"Berbagai kebijakan untuk memperbaiki situasi, memberi insentif kepada dunia usaha, memperbaiki pendapatan dan daya beli, itu semua usahanya. Menyerap anggaran tepat waktu juga stimulus," tegas Suahasil.

Ia menambahkan penguatan rupiah juga merupakan efek dari kondisi regional dan dunia, antara lain para investor meyakini Bank Sentral AS atau The Federal Reserve (Fed) tidak akan menaikkan suku bunga pada tahun ini. "Jadi, ada berita positif di pasar. Lagi-lagi hal itu sebagai tanda, bagaimana pun ada pengaruh dari regional," ujarnya.

Sementara itu, Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro juga menilai faktor global menjadi pendukung utama penguatan rupiah, khususnya kemungkinan The Fed menaikkan suku bunga acuan yang kian tipis.

"Kepastian menaikkan tingkat bunga makin kecil, bahkan lebih besar kemungkinan pada tahun depan. Nah, itu yang membuat semua mata uang menguat. Rupiah yang undervalue juga menguat, demikian pula bursa saham kita," jelasnya.

Di samping itu, kata dia, ada peranan dari dalam negeri. Memasuki periode sekarang, permintaan dolar AS di dalam negeri tidak terlalu banyak. Berbeda dari kuartal II yang tertuju untuk pembayaran utang dan pembayaran dividen. "Jadi, tak ada permintaan luar biasa dari domestik," ujar dia.

Namun, ia tetap melihat ada peluang aliran dana keluar dari Indonesia. Terutama mendekati rapat Federal Open Meeting Commite (FOMC) di AS. Hal itu diprediksi terjadi pada awal tahun depan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Cahyo Prayogo

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: