Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

IMF: Negara-negara Berkembang Alami Perlambatan Berturut-turut

Warta Ekonomi -

WE Online, Basilia - Negara-negara berkembang di seluruh dunia akan melalui pelambatan tahunan kelima berturut-turut karena harga ekspor bahan baku mereka jatuh dan pertumbuhan Tiongkok -- pasar terbesar mereka -- melambat, IMF mengatakan pada Selasa (6/10/2015).

Melukiskan sebuah gambaran muram, survei global Dana Moneter Internasional mengkhususkan pergeseran pasar komoditas, serta ketegangan politik dan kemerosotan dalam pertumbuhan Tiongkok yang berdampak terhadap seluruh dunia.

Menurut IMF yang berbasis di Washington, negara-negara "emerging market" (negara yang belum dikatakan maju tetapi memiliki kondisi perekonomian bagus) dan berkembang bisa melihat pertumbuhan 4,0 persen pada 2015 dan 4,5 persen pada 2016, tetapi dalam kedua kasus itu secara tajam lebih suram turun dua persentase poin dari prediksi sebelumnya yang dibuat pada Juli.

"Dalam lingkungan penurunan harga komoditas, pengurangan arus modal ke emerging markets dan tekanan pada mata uang mereka, dan meningkatnya volatilitas pasar keuangan, risiko penurunan pada prospek mereka telah meningkat, terutama untuk negara-negara emerging market dan berkembang," kata IMF.

Salah satu yang berkinerja terburuk, PDB Rusia diperkirakan akan terjun 3,8 persen tahun ini dan 0,6 persen tahun berikutnya, sementara kontraksi Brazil akan mencapai tiga persen, diikuti lebih lanjut satu persen.

Tiongkok, yang tumbuh luar biasa telah memicu banyak ekonomi dunia, akan tumbuh 6,8 persen tahun ini dan 6,3 persen tahun berikutnya, mempertahankan pelambatan yang telah memperburuk kekhawatiran pasar-pasar luar negeri tahun ini.

Afrika Selatan akan melihat pertumbuhan moderat 1,4 persen pada tahun ini, diikuti oleh pertumbuhan 1,3 persen pada 2016, kata IMF. India -- anggota lain dari BRICS, bersama dengan Brazil, Rusia, Tiongkok dan Afrika Selatan -- berada dalam kesehatan terbaik, dengan pertumbuhan diperkirakan 7,3 persen dan 7,5 persen.

Ekspansi rendah Di seluruh dunia, pertumbuhan ekonomi diperkirakan oleh IMF sebesar 3,1 persen pada 2015 dan ekspansi hanya sedikit lebih besar 3,6 persen pada 2016. Perkiraan mereka datang 0,2 persentase poin di bawah perkiraan sebelumnya yang diberikan pada Juli.

Sebagian pandangan lebih pesimis karena prospek lebih buruk dari yang diperkirakan untuk Brazil, dengan kerusakan jaminan dari ekonomi terbesar di Amerika Latin itu menyebar ke seluruh kawasan dan ke Karibia.

"Jika ini terjadi maka akan menjadi perkembangan terburuk bagi Brazil sejak 1930 ketika kita terakhir melihat PDB jatuh selama dua tahun berturut-turut," analis Alex Agostini dari Austin Rating mengatakan kepada AFP.

Untuk Amerika Latin, negara dengan kinerja lebih buruk dari Brazil adalah Venezuela dengan penurunan diperkirakan mencapai 10 persen pada 2015 dan enam persen pada tahun depan.

Secara keseluruhan wilayah ini akan menjadi sedikit lebih buruk daripada stagnan, dengan PDB jatuh 0,3 persen tahun ini dan tumbuh 0,8 persen tahun berikutnya.

Pada 2016 negara-negara emerging markets secara keseluruhan cenderung untuk mendapatkan bantuan, kata IMF.

"Pertumbuhan di emerging market dan negara berkembang diproyeksikan akan rebound pada 2016," kata IMF.

Penurunan inflasi diperkirakan di negara-negara seperti Rusia, dan pada tingkat lebih rendah di Brazil, akan melihat devaluasi mata uang yang kuat.

"Pertumbuhan di negara-negara dalam kesulitan ekonomi pada 2015 (termasuk Brazil, Rusia, dan beberapa negara di Amerika Latin dan di Timur Tengah), sementara sisanya lemah atau negatif, diproyeksikan menjadi lebih tinggi daripada 2015, dan permintaan domestik di India diproyeksikan tetap kuat," kata laporan itu.

Namun, IMF mengatakan, sebagian besar akan bergantung pada kebijakan moneter AS dengan semua mata tertuju pada kapan The Fed memutuskan untuk mendongkrak suku bunganya lagi, untuk pertama kalinya sejak 2006. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Achmad Fauzi

Advertisement

Bagikan Artikel: