Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Mendag: Tantangan Ekspor UMKM Itu Jaga Kualitas

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta - Menteri Perdagangan Thomas Trikasih Lembong mengatakan tantangan ekspor untuk usaha kecil dan menengah adalah konsistensi kualitas dan volume barang.

"Tantangan yang saya tahu adalah volume ekspor dan menjaga konsistensi kualitas sehingga mereka perlu disiapkan," ujar dia dalam forum dialog mengenai peluang usaha di Jakarta, Kamis (8/10/2015).

Ia menuturkan dari pengalamannya selama di Turki, negara tersebut mengutamakan UKM karena memiliki kontribusi dan partisipasi besar dalam devisa ekspor. World Bank, tutur dia, mendorong bagaimana meringankan UKM agar dapat lebih berkembang. Untuk mengatasi tantangan tersebut, ujar Thomas, diperlukan agregator yang bertugas mengumpulkan produk-produk dari UKM dan menjamin kualitas dari produk tersebut.

"Diperlukan agregator yang menengahi 20-30 UKM untuk menjadi satu dan menjamin kualitasnya. Karena pembeli biasanya maunya partai besar dan menjaga kualitas. Kami sedang mempelajari itu," tutur dia.

Upaya nyata yang akan dilakukan pemerintah, kata dia, adalah memberdayakan dua badan usaha milik negara (BUMN), yakni PT Sarinah dan PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI) sebagai agregator, mentor dan penengah dalam menjamin mutu. Agregator, tutur dia, diharapkan dapat menambah daya saing, terutama untuk produk-produk unggulan seperti makanan dan minuman.

"Industri makanan dan minuman daya saing kita kuat untuk menyerang. Namun, seringkali produk perlu diradiasi agar tidak ada kuman. Nah, tidak mungkin kalau masyarakat UKM sendiri membeli mesin radiasi. Mending PPI membeli mesin radiasi dan UKM akan dibantu," kata dia.

Selain memanfaatkan jasa agregator, ia mengatakan melatih tenaga kerja Indonesia sangat penting terutama untuk menjaga tenaga kerja untuk bersaing dengan tenaga asing.

Ketua Bidang Perdagangan, Perindustrian, dan BUMN Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Ian Dafy Fachry mengatakan banyak pelaku UKM di Indonesia belum mengetahui cara mengekspor sehingga membutuhkan pengarahan untuk melakukannya, salah satunya dari perusahaan yang ditunjuk sebagai agregator.

"Banyak usaha UKM di Indonesia masih belum tahu cara ekspor, izin apa saja, apa yang dilakukan, bagaimana bertemu pembeli sehingga diperlukan pelatihan dari pengusaha yang mengayomi dan mempunyai pengetahuan cukup untuk melakukan ekspor dan tetap menjaga kualitas," ujar dia.

Ia menuturkan, setelah di bawah agregator untuk belajar, UKM yang telah berhasil melakukan ekspor sendiri dapat lepas dan menjalankan usahanya sendiri. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: