Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Penguatan Rupiah Tak Akan Berlangsung Lama Jika...

Warta Ekonomi -

WE Online, Kupang - Pengamat ekonomi dari Universitas Widya Mandira Kupang Dr Thomas Ola Langoday berpendapat bahwa stabilitas nilai tukar rupiah pada kisaran Rp12.500 sangat tergantung dari realisasi kebijakan ekonomi yang telah diumumkan Presiden Joko Widodo.

"Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terus menguat termasuk kurs tengah Bank Indonesia berada di posisi Rp13 ribu lebih per dolar AS hingga pekan ini tidak akan berlangsung lama jika pemerintah tidak segera merealisasikan tiga paket kebijakan yang telah dikeluarkan," katanya di Kupang, Selasa (13/10/2015).

Dekan Fakultas Ekonomi Unwira Kupang itu menganggap paket kebijakan ekonomi jilid I hingga III untuk menggairahkan ekonomi dan industri di Indonesia, termasuk juga untuk memperkuat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

"Sejumlah kebijakan yang dikeluarkan seperti deregulasi peraturan, mempercepat proyek strategis nasional, dan meningkatkan investasi di sektor properti untuk paket kebijakan ekonomi jilid I," katanya.

Paket kebijakan ekonomi jilid II memuat soal percepatan izin investasi, menghapus PPh final bunga deposito dari devisa hasil ekspor, memberikan persetujuan "tax allowance" dalam 25 hari, bebas pajak pertambahan nilai (PPN) untuk galangan kapal, kereta api, dan pesawat, termasuk suku cadangnya.

Untuk rilis paket kebijakan ekonomi jilid III, pemerintah memberikan sejumlah insentif kepada industri seperti diskon tarif listrik sekitar 30 persen, harga gas, solar, dan avtur turun. Ditambah relaksasi penitipan usaha valuta asing. Namun menurut Thomas, jika hal itu tidak direalisasikan, maka nilai tukar rupiah akan melemah lagi terhadap dollar AS.

"Rupiah bisa saja kembali melemah dalam beberapa hari ke depan jika pemerintah tidak berbuat apa-apa untuk mempertahankan penguatan kurs rupiah ini. Jadi jangan terlena dengan penguatan rupiah ditengah dolar AS melemah terhadap sejumlah mata uang termasuk rupiah," katanya.

Berdasarkan kurs Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah telah menguat 8,07 persen dari posisi Rp14.709 per dolar Amerika Serikat (AS) pada 2 Oktober 2015 menjadi Rp13.521 per dolar AS pada Jumat 9 Oktober 2015, dan menjadi mata uang yang paling perkasa di kawasan Asia Pasifik.

"Jadi setelah terus berada pada tren pelemahan dalam beberapa bulan terakhir, kini nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mengalami penguatan beberapa hari terakhir," katanya.

Penguatan rupiah itu lebih disebabkan oleh faktor eksternal, bukan internal sehingga sangat tergantung pada kondisi global. Oleh karena itu, masyarakat harus menunggu dalam beberapa waktu ke depan untuk memastikan bahwa penguatan rupiah ini akan menunjukan tren positif. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: