Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

BPS: Kami Berupaya Perbaiki Data Pangan

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta - Ajang Workshop Wartawan yang digelar oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dan mengangkat tema data pangan sebagai evidence based policy making secara tidak langsung menjadi wahana klarifikasi BPS terhadap beberapa komentar tentang data pangan yang dimiliki BPS tidak valid. Namun demikian, BPS mengatakan workshop tersebut merupakan upaya peningkatan pemahaman data pangan kepada wartawan.

Direktur Statistik Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan BPS Happy Hardjo mengatakan BPS berkomitmen untuk menyediakan data yang akurat sebagai dasar pengambilan kebijakan pemerintah. Ia memastikan data yang disajikan merupakan fakta riil di lapangan.

"Bukan data ABS (asal bapak senang)," ungkap Happy mengutip keterangan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam wawancara di salah satu stasiun televisi.

Diakui oleh Happy, pengumpulan data merupakan pekerjaan yang tidak mudah. Beberapa metodologi yang diterapkan melalui pendekatan area, data dikumpulkan per kecamatan. Pengumpulan data dilakukan melalui koordinator cabang dinas (KCD), petugas penyuluh lapangan (PPL), serta petugas dinas pertanian lainnya.

Metode estimasi luas dilakukan melalui sistem blok pengairan, penggunaan pupuk, dan perkiraan dengan pandangan mata di sawah. Sebagai sumber informasi adalah kelompok tani, aparat desa, dan sumber sekunder lainnya.

Namun metode tersebut memiliki kelemahan di antaranya estimasi luas panen tidak menggunakan metode statistik. Hasil estimasi sangat dipengaruhi subjektivitas petugas. Petugas sering berganti tanpa dibarengi transfer of knowledge. Data yang dikumpulkan kemudian digunakan sebagai alat evaluasi keberhasilan program peningkatan yang dilaksanakan oleh institusi pengumpul data.

Namun demikian, lanjut Happy, BPS selalu berupaya untuk melakukan identifikasi masalah dan upaya perbaikan kualitas data tanaman pangan. Pihaknya juga selalu mengikuti metode-metode baru yang diterapkan oleh dunia.

Beberapa upaya perbaikan yang dilakukan adalah di tahun 2015 ini diterapkan uji coba kerangka sampel area (KSA), survei kajian cadangan beras, survei luas panen dan luas lahan tanaman pangan, serta survei konsumsi beras. Kemudian pada 2016 mendatang akan dilakukan evaluasi data produksi tanaman pangan, khususnya padi/beras, koreksi data produksi dan peramalan kilas balik, dan penyempurnaan metodologi estimasi luas panen dan produktivitas.

Dalam pembukaan kegiatan Kepala BPS Suyarmin mengatakan data pangan sangat penting sebagai salah satu indikator pembangunan ekonomi. Menurutnya, saat ini pertanian berada di peringkat kedua penyumbang PDB sebesar 14,57%. Yang pertama adalah manufaktur sebesar 20,41% dan ketiga perdagangan 13,09%.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Agus Aryanto
Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: