Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ingin Merencanakan Keuangan? Begini Caranya

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta - Rendahnya tingkat literasi keuangan di Indonesia mengindikasikan bahwa banyak masyarakat yang kurang paham dan tidak tahu bagaimana merencanakan keuangan.

Akibatnya, banyak orang sulit untuk menentukan target dan tujuan perencanaan finansial baik dalam jangka pendek, menengah, maupun panjang. Kebanyakan dari mereka merasa bingung harus mulai dari mana untuk melakukannya.

Padahal, untuk mendapatkan hidup sejahtera dan sukses menikmati masa depan, setidaknya mereka harus jeli dan pandai mengelola keuangan. Oleh karena itu, perencanaan keuangan sangatlah baik bila dilakukan sedini mungkin.

"Untuk memulai, kita harus melihat masa kini dan nanti. Ada banyak kehidupan di depan kita seperti menikah, punya anak. Makanya keuangan perlu direncanakan. Kalau tidak direncanakan, mereka tidak akan dapat mencapai tujuan masa nantinya," kata Ketua Financial Planning Standards Board (FPSB) Indonesia Tri Joko Santoso di Jakarta, Kamis (26/11/2015) kemarin.

Menurut Joko, untuk dapat merencanakan keuangan dengan baik hal pertama yang dibutuhkan adalah disiplin dan perilaku dari orang itu sendiri. "Dengan edukasi keuangan yang gencar dilakukan beberapa tahun belakangan ini banyak orang mulai aware. Cuma masalahnya juga perlu perilaku karena banyak orang tidak bisa membedakan antara sisih dan sisa sehingga sering berperilaku konsumtif," tandasnya.

Kemudian, hal kedua yang perlu diperhatikan ialah membuat anggaran dan pos-pos pengeluaran. "Penghasilan tidak bisa diatur polanya bisanya hanya kita jaga, tapi kita bisa mengatur pengeluaran kita," ucap Joko.

Dia menjelaskan bahwa untuk mengatur pengeluaran, umumnya ada lima pos (poin) pengeluaran yang harus dialokasikan agar perencanaan keuangan berhasil. Berikut poin-poinnya.

1. Sharing
Alokasikan setidaknya 2,5 persen dari penghasilan kita untuk saling berbagi seperti zakat dan sedekah. "Nomor satu yang diajarkan agama saya anggarkan sharing seperti zakat 2,5 persen, tapi enggak semua kan beragama Islam jadi anggarkan buat sharing atau berbagi 2,5 persen sampai 10 persen," tukas Joko.

2. Utang
Joko mengakui hampir setiap orang butuh utang. Oleh sebab itu, utang harus dikelola dengan baik. Dia menyarankan agar keuangan tetap sehat maka utang tidak boleh melebihi 35 persen dari pendapatan bersih kita setelah pajak. "Jika utang kita melebihi itu kita dalam bahaya," paparnya.

Kemudian, dari 35 persen tersebut sebisa mungkin 20 persennya adakah utang produktif, misalnya utang untuk membangun aset seperti membayar KPR atau kredit usaha. Sisanya boleh saja utang konsumtif, tapi tetap harus berhati-hati. "Kita mesti memikirkan dan berhati-hati dengan utang-utang konsumtif, seperti membeli handphone terbaru," paparnya.

3. Saving
Menurut Joko, ada baiknya anggaran untuk saving plan sebesar 10 persen dari penghasilan. Saving ini bisa digunakan untuk rencana menikah, investasi, atau bisa juga persiapan hari tua.

4. Asuransi
Mempunyai asuransi sangatlah penting sebagai jaga-jaga dan untuk mengalihkan risiko karena bisa saja suami sebagai pencari nafkah tiba-tiba meninggal dunia atau cacat yang menyebabkan penghasilannya terhenti.

Dengan asuransi, bila terjadi seperti di atas maka asuransi bisa menggantikan peran pencari nafkah agar penghasilan tetap berjalan dan utang terlunasi. "Utang itu tak akan hilang kalau pemiliknya kehilangan pekerjaan atau tutup usia. Jadi, kalau buat asuransi minimum 10 persen dari pendapatan," sahut Joko.

5. Belanja
Untuk belanja ada dua karena kita memang butuh atau keinginan. Belanja karena kita butuh maksimum 30 persen dan belanja karena keinginan maksimum 15 persen. Kemudian bila diperlukan buatlah catatan daftar belanja sesuai kebutuhan kita sehingga bisa meminimalisir keinginan.

"Catatan ini kita bisa menyeimbangkan kebutuhan dan keinganan sehingga dapat menjaga kehidupan sekarang dan masa depan kita," terang dia.

Intinya semuanya harus sesuai dengan pola anggaran yang maksimum diminimalkan dan minimum dimaksimalkan. "Kalau kita disiplin kesehatan keuangan pasti terjaga," tutupnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Cahyo Prayogo

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: