Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

DKI Jakarta Kembali Alami Inflasi, Apa Sebabnya?

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indeks Harga Konsumen (IHK) secara nasional pada November 2015 mengalami inflasi sebesar 0,21 persen (mtm). Dengan demikian, laju inflasi tahun kalender Januari-November 2015 tercatat mencapai 2,37 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun (year on year/yoy) 4,89 persen.

Lalu bagaimana dengan DKI Jakarta, apakah akan mengalami inflasi atau malah deflasi seperti bulan sebelumnya?

Kantor Perwakilan Bank Indonesia (Kpw BI) Provinsi DKI Jakarta mengungkapkan, pada November 2015 perkembangan harga-harga di Jakarta membuat ibukota mengalami inflasi sebesar 0,12% (mtm) setelah bulan sebelumnya mengalami deflasi 0,05% (mtm).

Meski demikian, inflasi pada November 2015 tersebut tergolong rendah dibandingkan dengan inflasi nasional dan rata-rata lima tahun sebelumnya (2009 - 2013) yang berada pada angka 0,21%.

Menurut Kepala Perwakilan BI Provinsi DKI Jakarta Doni P. Joewono, rendahnya tekanan inflasi pada bulan ini terutama dipengaruhi oleh masih terjadinya deflasi pada kelompok bahan makanan akibat masih berlanjutnya proses koreksi harga khususnya pada komoditas daging dan bumbu-bumbuan.

"Selain itu, menurunnya inflasi di kelompok sandang juga turut menyumbang rendahnya inflasi di bulan ini, menyusul turunnya harga emas perhiasan di Jakarta yang mengikuti tren penurunan harga emas internasional yang menyentuh titik terendah dalam lima tahun terakhir," ujar Doni di Jakarta, Selasa (1/12/2015).

Dengan perkembangan ini, inflasi tahun berjalan sampai dengan November 2015 yang baru mencapai 2,56% merupakan capaian angka terendah dalam lima tahun terakhir. Sementara, bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, inflasi November juga menurun cukup tajam menjadi 5,38% (yoy) dari 6,76% (yoy) di bulan sebelumnya.

Sementara itu, kelompok barang pendorong inflasi tertinggi pada bulan ini adalah kelompok makanan jadi, minuman dan tembakau. Peningkatan tekanan inflasi pada kelompok ini sudah terjadi sejak bulan Oktober 2015, terdorong oleh meningkatnya biaya produksi sebagai dampak dari pelemahan nilai tukar rupiah yang mulai ditransmisikan ke konsumen.

"Komponen impor dari produk makanan jadi relatif masih cukup tinggi, sehingga cukup sensitif terhadap perubahan nilai tukar. Subkelompok makanan jadi pada periode ini mengalami inflasi 0,65% (mtm), meningkat cukup tinggi dari bulan sebelumnya yang hanya 0,13% (mtm)," papar Doni.

Kelompok pendorong inflasi lainnya, jelas DoniĀ  adalah kenaikan inflasi kelompok perumahan air, listrik, gas dan bahan bakar. Inflasi di kelompok ini terutama disebabkan oleh meningkatnya biaya sewa rumah dan kontrak rumah, seiring dengan meningkatnya permintaan di tengah terbatasnya ketersediaan yang ada.

"Selain itu, ekspektasi kenaikan harga TTL pada Desember 2015 juga dapat menjadi pemicu para pemilik sewa rumah dan kontrak rumah untuk meningkatkan harganya pada November 2015. Hal itu tercermin dari meningkatnya inflasi subkelompok tempat tinggal dari 0,07% (mtm) bulan lalu menjadi 0,41% (mtm) pada November 2015," terang dia.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: