Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kepentingan Indonesia dari KTT AS-Asean 2016 (Bagian II)

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta - Jokowi bahkan menyebutkan dirinya dijadwalkan juga akan memimpin sidang yang membahas upaya deradikalisme dan penanggulangan terorisme.

"Ini akan saya manfaatkan untuk menyampaikan upaya mencegah radikalisme dan terorisme. Kita angkat perlunya keterlibatan masyarakat, termasuk penggunaan media sosial," kata Presiden.

Selain menghadiri KTT AS-ASEAN, Jokowi menyebutkan juga akan bertemu dengan "US Business Council" pada 17 Februari 2016. Dijadwalkan pula pertemuan dengan diaspora Indonesia di AS.

Presiden menyebutkan bagi Indonesia, kemitraan Indonesia dengan AS harus diletakkan untuk menciptakan kesejahteraan dan perdamaian. "Kita juga mendorong kerja sama bidang ekonomi, khususnya UKM, promosi kewirausahan dan inovasi ekonomi digital," katanya.

Indonesia pada KTT AS-ASEAN itu akan mengusung tema kerja sama untuk perdamaian dan kesejahteraan.

Saat "press briefing" pada Kamis (11/2) lalu, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri RI Arrmanatha C Nasir bersama Direktur Mitra Wicara dan Antar-Kawasan (MWAK) Mohammad Iskandarsyah Derry Aman memberikan penjelasan seputar KTT AS-ASEAN yang juga bakal dihadiri Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi.

Beberapa hal yang akan dibahas pada KTT antara lain isu kerja sama ekonomi seperti inovasi dan kewirausahaan dalam konteks MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN), pandangan ASEAN terhadap strategi kawasan dalam menciptakan perdamaian dan kesejahteraan, serta isu politik, keamanan, dan tantangan lintas batas.

Indonesia mendapat kehormatan untuk memimpin salah satu segmen yang akan membicarakan tentang pemberantasan terorisme dan ekstremisme. Presiden Obama meminta Presiden Jokowi untuk memimpin dialog atas isu tersebut.

Di kawasan ASEAN, Indonesia dinilai telah melakukan upaya-upaya pemberantasan terorisme dan ekstremisme dengan baik. Hal ini salah satunya dibuktikan dengan apresiasi dari masyarakat dunia bagi Indonesia terhadap sikap cepat tanggap para aparat keamanan Indonesia dalam menangkap teroris pada kejadian bom di Jalan Thamrin, Jakarta Pusat, pada 14 Januari lalu.

Sementara itu Wakil Ketua Komisi I DPR Meutya Hafid meminta Presiden Joko Widodo hati-hati dan dapat memperjelas definisi terorisme saat menjadi pembicara mengenai isu terorisme dalam KTT AS-ASEAN itu.

"Misalnya definisi terorisme bagi AS dan ASEAN berbeda. Ini harus diperjelas karena di Indonesia adalah mayoritas beragama Islam," katanya.

Pemahaman Indonesia terhadap terorisme berbeda dengan perspektif negara-negara Barat yang mengkaitkannya dengan agama tertentu. Terorisme adalah sebuah tindakan teror dan tidak terkait dengan salah satu agama. Definisi terorisme sangat luas dan jangan digiring oleh pemahaman terorisme ala Barat.

Meutya Hafid menilai didaulatnya Presiden Jokowi sebagai pemimpin salah satu sidang dan pembicara karena Indonesia dinilai berhasil menangani aksi terorisme.

"Saya apresiasi," katanya.

Selain itu, dia juga berharap Presiden menekankan soal kedaulatan negara dalam menyelesaikan konflik Laut China Selatan yang disengketakan oleh beberapa negara anggota ASEAN. Perlu ditekankan bagaimana mengutamakan penyelesaian secara damai dalam proses penyelesaian konflik.

"Karena ada peningkatan eskalasi dari negara-negara terkait sehingga jangan sampai mengganggu kedaulatan Indonesia," ujarnya.

Indonesia sebagai salah satu pendiri ASEAN di Bangkok, Thailand 8 Agustus 1967 tentu saja sangat berkepentingan pada hasil yang baik dari KTT AS-ASEAN dalam mewujudkan kemitraan strategis ini. Betapa tidak, setiap dinamika ASEAN selalu ada Indonesia di dalamnya. (Ant) SELESAI

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Sucipto

Advertisement

Bagikan Artikel: