Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ini Usaha Terakhir Uni Eropa Terkait Rencana Keluarnya Inggris

Warta Ekonomi -

WE Online, Brussels, Belgia - Usaha untuk mencegah Inggris keluar dari Uni Eropa menghadapi saat-saat penentuannya pada minggu ini saat Ketua Uni Eropa Donald Tusk mengunjungi kota-kota penting sebagai dorongan terakhirnya terhadap kesepakatan di pertemuan di Brussels.

Banyak permintaan reformasi dari Perdana Menteri Inggris David Cameron sebelum referendum terkait keanggotaan Inggris di blok yang sedang bermasalah itu masih menghadapi penentangan, beberapa hari sebelum pertemuan yang akan digelar Kamis hingga Jumat.

Tusk mengosongkan agendanya dalam persiapan konferensi untuk melakukan pertemuan di Berlin, Paris, Athena dan ibu kota lainnya untuk menekan para pemimpin terhadap sebuah kesepakatan yang dia sebut sebagai situasi yang sangat rentan.

Jika Inggris menjadi negara pertama yang keluar dari Uni Eropa, itu akan menyebabkan sejumlah permasalahan yang sangat besar, yang diperingatkan Tusk sebagai permasalahan yang menyebabkan situasi sebelum Perang Dunia I terulang kembali.

Uni Eropa telah menghadapi sejumlah pertanyaan terkait masa depan blok itu saat mereka berjuang menghadapi krisis migran terbesar benua itu dalam 70 tahun, dan adanya kekhawatiran baru terkait kesehatan dan mata uang Euro.

Kekhawatiran tersebut meluas ke luar Eropa ketika Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry mengatakan pada Sabtu bahwa Washington mendukung Inggris tetap berada di dalam Uni Eropa.

Cameron yang bertemu dengan kanselir Jerman Angela Merkel di Hamburg pada Jumat, mengatakan bahwa dirinya yakin akan kesepakatan itu.

Merkel mengatakan bahwa harapannya adalah mencegah keluarnya Inggris dalam referendum yang akan diadakan pada Juni mendatang.

Tiga tahun setelah pertama kali Cameron menuntut remormasi dan mengumumkan sebuah referendum, isu tersebut menuai kritik dan terdapat dalam sejumlah proposal yang diungkap oleh Tusk pada bulan lalu.

Pertemuan Tusk dengan Merkel, Presiden Perancis Francois Hollande, Perdana Menteri Yunani Alexis Tsipras dan lainnya pada Senin dan Selasa dimaksudkan untuk menyelesaikan apa yang disebut sebagai isu yang sangat menarik perhatian setelah para negosiator di Brussels gagal mencapai kesepakatan.

Rem Darurat Poin kunci yang ada dalam isu tersebut adalah sebuah "rem darurat" yang akan membuat Inggris membatasi pemberian kesejahteraan selama empat tahun bagi para penduduk negara Uni Eropa lainnya yang baru bekerja di Inggris.

Negara-negara terutama Eropa timur menyebut rencana itu dapat mendiskriminasi warga negaranya yang bekerja di Inggris, dan bahwa itu akan melanggar prinsip kebebasan bergerak Uni Eropa.

Isu utama yang belum terselesaikan adalah berapa lama Inggris akan tetap memberlakukan batasan itu. London sendiri ingin memberlakukannya selama tujuh tahun.

Berharap untuk mengatasi permasalahan tersebut, pertemuan Tusk pada minggu ini juga akan menghadirkan Perdana Menteri Cekoslovakia Bohuslav Sobotka, yang saat ini menjabat sebagai pemimpin "Kelompok Visegrad" antara negaranya dengan Polandia, Hungaria dan Slovakia yang seluruhnya meragukan rencana "rem darurat" itu.

Tetapi itu merupakan permintaan Cameron untuk perlindungan negara yang tidak menggunakan mata uang euro yang belakangan ini muncul sebagai penghalang utama kesepakatan, terutama dikarenakan perlawanan yang dilakukan pihak Perancis.

Paris bersikeras bahwa negara yang ingin keluar dari Uni Eropa seperti Inggris, tidak boleh memiliki hak veto atas keputusan apapun dalam wilayah beranggotakan 19 negara itu, saat mereka berjuang dari krisis keuangan mereka, dan penghubung finansial London tidak boleh mendapatkan perlakuan khusus.

Kemungkinan adanya usaha dari Tsipras maupun Perdana Menteri Italia Matteo Renzi untuk mencoba menarik konsesi demi perjuangan migrasi dan ekonomi mereka sendiri sebagai ganti dukungan mereka terhadap inggris juga terlintas dalam benak para pejabat Uni Eropa.

Cameron juga menginginkan kepastian bahwa tujuan "perserikatan lebih dekat" tidak akan diberlakukan ke Inggris, menunjukkan sebuah perpisahan yang bersejarah antara pandangan Inggris terhadap Uni Eropa sebagai wilayah perdagangan bebas dan ide kontinental proyek politik yang bertujuan untuk mengakhiri perang Eropa.

Cameron telah menawarkan untuk menunda referendumnya hingga akhir 2017.

Namun dia memberikan tanda bahwa dia ingin sebuah kesepakatan pada konferensi ini untuk menghasilkan waktu demi merancang referendum pada Juni, sebelum krisis migrasi meningkat lagi pada musim panas dan juga naiknya keraguan akan Eropa, baik dari dalam maupun luar Partai Konservatif. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Sucipto

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: