Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Lika-liku Menekan Margin Keuntungan Bank (1/2)

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta - Rencana pemerintah untuk mengarahkan tingkat suku bunga kredit menjadi single digit (satu digit) dinilai akan menekan kinerja margin bunga bersih (net interest margin/NIM) perbankan di Indonesia sehingga sebagian kalangan investor di pasar modal cenderung enggan mengakumulasi saham sektor itu.

Sebagian pelaku pasar saham berpendapat penurunan NIM bank akan membuat kinerja keuangan pada pos laba bersih turut menurun. Penurunan laba bersih tentu akan berakibat pada nilai sebuah perusahaan yang akhirnya terefleksi pada harga saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Berdasarkan data BEI, dari awal tahun hingga 18 Maret 2016 tercatat kinerja saham sektor keuangan hanya tumbuh 2,99 persen, lebih rendah dibandingkan kinerja indeks harga saham gabungan (IHSG) yang tumbuh sebesar 6,37 poin. Dalam perbankan, margin bunga bersih merupakan ukuran untuk membedakan antara pendapatan bunga yang diperoleh bank dan beban bunga yang diberikan kepada nasabah.

Pendapatan bunga di antaranya berasal dari kredit yang disalurkan, simpanan pada obligasi pemerintah, dan sertifikat Bank Indonesia. Sementara beban bunga, salah satunya terdiri dari deposito.

Dengan demikian, NIM bank yang tertekan akibat penurunan suku bunga kredit sebenarnya dapat berdampak positif bagi perekonomian nasional sebab pelaku usaha bisa meraih dana pinjaman bank dengan tingkat bunga rendah, dibandingkan saat ini yang berada di kisaran "double digit" (dua digit).

Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D Hadad mengatakan bahwa dengan tingkat bunga pinjaman rendah dapat mendorong penyaluran dana ke masyarakat atau pelaku usaha untuk mengembangkan bisnisnya, artinya situasi itu akhirnya dapat mendorong perekonomian nasional tumbuh.

"Semakin banyak orang yang dapat kredit karena bunga rendah maka permintaan kredit tumbuh tinggi sehingga banyak usaha yang didukung pembiayaan, dengan demikian keuntungan bank bisa tetap tinggi," katanya.

Muliaman D Hadad mengemukakan bahwa pihaknya menyiapkan insentif salah satunya berupa pembukaan kantor cabang bagi perbankan yang melakukan efisiensi baik dari sisi biaya operasional (overhead), margin keuntungan dan penyesuaian "risk premium" akibat berbagai macam kebijakan yang dikeluarkan baik oleh pemerintah, Bank Indonesia (BI), dan OJK.

Diharapkan, dengan membuka jaringan baru berupa kantor cabang dapat menambah volume nasabah sehingga perbankan masih dapat mempertahankan keuntungannya.

Analis LBP Enterpise, Lucky Bayu Purnomo menilai bahwa kebijakan penurunan suku bunga kredit akan disambut positif pelaku usaha yang membutuhkan kredit. Memang, kebijakan itu berpotensi menggerus margin keuntungan perbankan, namun hal itu tentu sudah diantisipasi sehingga dampak negatifnya akan minim.

"Kebijakan itu diharapkan dapat meningkatkan ekspansi usaha sehingga turut menopang pertumbuhan ekonomi ke dalam tren lima persen. Kinerja saham sektor perbankan juga diproyeksikan dapat kembali tumbuh di atas IHSG," katanya.

Ia menambahkan kebijakan pemerintah untuk menggenjot infrastruktur juga dapat menjadi sumber tambahan untuk penyaluran kredit bank. Perbaikan infrastruktur itu juga sekaligus dapat membuka lapangan pekerjaan baru di dalam negeri sehingga kesejahteraan masyarakat dapat membaik. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: