Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Lika-liku Menekan Margin Keuntungan Bank (2/2)

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta - Kepala Riset Universal Broker Indonesia Satrio Utomo mengatakan bahwa saham sektor perbankan merupakan salah satu sektor dengan nilai kapitalisasi terbesar di Bursa Efek Indonesia. Adanya kabar mengenai pembatasan NIM yang diarahkan ke level 4 persen dari saat ini sekitar 6 persen lebih membuat salah persepsi di pasar sehingga menekan laju IHSG.

"Kalau NIM bank diturunkan, berarti beban pinjaman dana bisa lebih murah sehingga kredit konsumsi seperti motor, mobil, dan KPR juga bisa lebih murah. Perusahaan sektor otomotif dan properti akan membaik. Niat pemerintah itu bagus," katanya.

Kendati demikian, ia mengharapkan pemerintah juga harus dapat menjabarkan lebih rinci mengenai jangka waktu target penyesuaian NIM bank di dalam negeri melalui peraturan.

"Penurunan NIM sudah sewajarnya dilakukan yang penting 'timeline'nya jelas, setidaknya minimal 2-3 tahun. Namun sayangnya, pasar saham bereaksi terhadap kebijakan itu selama 1 tahun. Jadi jangan heran kalau tekanan jual masih terasa terutama asing," katanya.

Ia mengharapkan regulator terkait dapat segera mengeluarkan peraturan mengenai NIM bank agar tidak menimbulkan spekulasi yang berlebihan di pasar saham mengingat aktivitas transaksi perdagangan saham cukup cepat.

"Harusnya ada 'switching' dari saham bank ke saham lain yang terkena dampak positif NIM. Tapi masih belum banyak yang melakukan itu. Jadi, kebijakan mengenai NIM menjadi 'urgent'," katanya.

Direktur Utama BEI Tito Sulistio mengatakan industri pasar modal Indonesia beroperasi secara bebas, terbuka, dan transparan. Industri berharap akan ada suatu stimulus dari regulator yang memberikan insentif bagi yang menjalankan operasi secara efisien.

"BEI percaya, tidak akan ada intervensi dalam bentuk peraturan yang bisa membatasi keuntungan margin suatu industri, baik perbankan maupun industri lainnya, yang betul adalah regulator akan memberikan stimulus berupa insentif," ujarnya.

Ia mengatakan informasi yang beredar di pasar akan selalu ditanggapi seketika dan masif oleh pelaku pasar saham, apalagi aktivitas transaksi perdagangan saham di BEI diproses secara elektronik sehingga mempercepat reaksi pasar atas suatu informasi.

"Diharapkan pelaku pasar dapat lebih jeli dalam menyerap informasi yang beredar sehingga dapat dipastikan validitasnya," katanya.

Sementara itu, Presiden Direktur Bahana TCW Investment Management Edward P Lubis mengatakan bahwa pembatasan NIM bank oleh pemerintah juga tidak bisa serta-merta dinilai negatif.

"Kalau rencana pemerintah itu tidak berdampak struktural bagi kinerja bank maka pelemahan saham bank yang sempat terjadi dapat dijadikan sebagai kesempatan beli, tapi kalau struktural bisa dialokasikan ke sektor lain," katanya.

Edward P Lubis menambahkan secara umum kinerja perbankan pada tahun 2016 ini tetap akan positif menyusul gencarnya pemerintahnya dalam memperbaiki infrastruktur dalam rangka mendorong perekonomian Indonesia ke depannya.

"Setelah krisis moneter 1998 lalu, kinerja perbankan tidak pernah rugi karena bank yang kinerja buruk sudah 'collaps'. Jadi, bank yang tercatat sahamnya di Bursa Efek Indonesia saat ini memiliki kinerja yang cukup baik," katanya.

Dengan sentimen-sentimen yang beredar mengenai perekonomian Indonesia pada tahun 2016 ini yang cukup optimistis, maka proyeksi kinerja saham sektor perbankan melebihi pertumbuhan IHSG di Bursa Efek Indonesia dapat terealisasi. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: