Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Peningkatan Kualitas Hidup hingga Literasi Keuangan Berkat Home Credit

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta - Membeli produk secara kredit biasanya dilakukan untuk kepemilikan rumah ataupun kendaraan. Harga rumah dan kendaraan yang sangat mahal membuat seseorang melakukan pembayaran dengan cara dicicil hingga bertahun-tahun. Semua itu dilakukan semata-mata untuk menata masa depan dan meningkatkan kualitas hidup.

Sebagian kalangan menengah ke atas produk Consumer Durable atau barang konsumsi tidak cepat habis seperti smartphone, laptop, kamera dan alat-alat rumah tangga dapat dibeli secara tunai. Tapi oleh sebagian kelas bawah barang-barang tersebut pun harus dibeli dengan cara kredit. Selain itu ada pula kelas tertentu yang mungkin lebih suka membeli produk apapun dengan cara kredit karena berbagai alasan.

Bagi Home Credit, salah satu perusahaan pembiayaan terkemuka di Indonesia, peningkatan kualitas hidup dapat dilakukan mulai dari hal-hal kecil. Seperti saat seseorang dapat membeli sebuah mesin cuci, maka akan ada banyak waktu untuk mengerjakan hal-hal yang lain seperti mamasak, mengurus anak, bersantai atau mengerjakan kegiatan yang lebih produktif. Dan memiliki waktu luang untuk keluarga juga dapat meningkatkan kualitas hidup.

"Hadirnya perusahaan pembiayaan membantu masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup itu," ungkap Jaroslav Gaisler, Chief Executive Officer (CEO) Home Credit Indonesia.

Menurut Jaroslav, seiring dengan itu Home Credit merasa tidak cukup dengan hanya memberikan ikan, tapi juga memberikan pancing. Dalam hal ini Home Credit melakukan program literasi keuangan bagi karyawan, komsumen dan masyarakat. Selama tahun 2015 perusahaan telah memberikan literasi keuangan kepada sedikitnya 400 orang. Program ini menjadi andalan dan akan terus dilakukan pada tahun-tahun berikutnya.

Dengan mengikuti literasi keuangan setidaknya seseorang akan tahu bagaimana membuat pembukuan sederhana. Pengetahuan ini penting sebelum seseorang melakukan transaksi keuangan. Setidaknya seseorang tidak akan melakukan pinjaman sebelum mereka bisa menabung.

Jaroslav mengungkapkan, permasalahan yang sering terjadi di Indonesia adalah banyak orang tidak tahu bahwa mereka tidak tahu. Seperti dalam membeli sebuah barang, tidak sedikit mereka yang hanya ikut-ikutan teman atau tetangga yang membeli barang tertentu, padahal bagi orang yang hanya ikut-ikutan itu barang tersebut tidaklah dibutuhkan.

Literasi keuangan ini dilakukan Home Credit terlepas dari seseorang akan menjadi customer atau tidak, itu tidak menjadi masalah. Namun yang paling penting adalah mengubah pola pikir masyarakat karena literasi keuangan sudah dipupuk sejak awal.

"Sehingga pada saat nantinya seseorang akan menjadi customer seseorang sudah melek keuangan," jelasnya.

Mudah, Praktis, Cepat

Dalam pengajuan pembiayaan di Home Credit, perusahaan ini memang mengutamakan proses yang mudah, praktis, dan cepat. Syarat utama yang wajib dimiliki oleh calon sustomer atau nasabah hanyalah Kartu Tanda Penduduk (KTP). Kemudian dokumen pendukung lainnya dengan nama yang sama, seperti SIM, Kartu Kredit, Debit, atau bahkan BPJS.

Diakui dengan kemudahan tersebut selalu ada orang yang coba-coba untuk berbuat jahat tidak mau membayar tagihan cicilan. Tapi yang jadi masalah adalah ketika ada seseorang mengambil produk untuk teman atau orang lain. Masalah itu akan muncul pada saat penerima barang itu tidak mau mebayar, maka cicilan akan tetap ditagih kepada orang yang mengajukan kredit.

Akan hal ini customer harus sadar bahwa begitu tanda tangan atas nama mereka sendiri, maka secara hukum bertanggung jawab. Terlepas temannya tidak bayar lagi, itu bukan masalah perusahaan. Yang bertransaksi dan menandatangani dokumen tetap bertanggung jawab kepada perusahaan untuk terus membayar cicilan barang yang diambil hingga lunas.

Untuk memastikan kelancaran proses pembayaran cicilan, Home Credit juga selalu mendampingi customer. Saat mendekati waktu pembayaran perusahaan selalu memberitahukan melalui pesan singkat ke nomor Handphone customer. Pada saat itu seharusnya customer tidak mengabaikan dengan sengaja tidak segera membayar.

Sebab setiap bulan akan ada deadline laporan ke Bank Indonesia tentang seluruh aktivitas nasabah. Sehingga begitu melewati waktu pembayaran akan terjadi update data bahwa nasabah pernah menunggak. Dampaknya adalah customer kesulitan melakukan applay untuk pengajuan kredit produk yang lain, seperti kredit rumah, kendaraan dan lainnya.

Home Credit sendiri memberikan batas waktu pembayaran selama 90 hari. Selama waktu tersebut perusahaan akan menelefon customer untuk memahami apa kesulitannya. Setelah 90 hari namun tetap tidak dibayar juga maka perusahaan akan melakukan kunjungan oleh petugas lapangan. Kunjungan ini untuk memahami kondisi customer dengan mendengarkan keluhan yang ada.

"Tentunya dengan pembuktian, misalkan orang itu dipecat, mungkin juga ada keluarganya yang sakit, jadi yang kita inginkan adalah komunikasi harus terus berjalan," jelasnya.

Dalam seluruh proses pengajuan pembiayaan Home Credit selalu mengedepankan transparansi. Untuk itu customer juga diminta untuk transparan, proaktif dan terbuka atas kesulitan yang dialami saat tidak mampu membayar cicilan.

Jaraslov menambahkan, approval rate di Home Credit antara 40-80%, itu artinya sebagian besar pengajuan kredit akan diterima. Perusahaan juga memastikan aplikasi akan diterima 100% bagi nasabah yang pernah mengajukan pembiayaan ke Home Credit dan lancar dalam pembayaran cicilannya.

Sementara beberapa alasan aplikasi ditolak, yang pertama saat seseorang sudah kebanyakan pembiayaan dan menggunakan dokumen palsu. Kemudian yang paling dikhawatirkan adalah orang yang dipergunakan atau diminta oleh seseorang untuk mengambil produk untuk orang lain. Jika ada seseorang sengaja melakukan tindakan seperti ini, untuk mengambil barang sebanyak-banyaknya kemudian membawa lari, hal ini dapat dikategorikan tindak kejahatan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Agus Aryanto
Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: