Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

IHK Deflasi, Gerindra Sebut Pemerintahan Jokowi Tak Punya Andil Apapun

Oleh: ,

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta - Pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) dinilai tidak banyak memiliki andil dalam deflasi indeks harga konsumen (IHK) pada bulan April 2016 yang sebesar 0,45 persen.

Wakil Ketua Umum DPP Gerindra Arief Poyuono mengatakan anggapan yang mengatakan deflasi tersebut terjadi akibat kebijakan pemerintah Jokowi yang melakukan penurunan harga bahan bakar minyak (BBM), tarif dasar listrik (TDL), dan panen raya, merupakan suatu kekeliruan.

"Ketiga faktor tersebut semua tidak mempengaruhi turunnya nilai inflansi. Yang terjadi justru industri penghasil barang dan jasa di Indonesia mengurangi produksinya akibat daya beli masyarakat yang makin menurun sehingga barang dan jasa yang dihasilkan industri di Indonesia tidak laku dan kalah bersaing dengan barang barang China," katanya dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Minggu (29/5/2016).

Arief menegaskan dirinya sangat tidak setuju apabila disebutkan deflasi terjadi karena adanya panen besar. Ia menjelaskan harga pangan murah yang terjadi saat ini lebih disebabkan oleh kebijakan impor yang ditempuh oleh pemerintah.

"Kalau deflasi dikatakan karena panen raya itu juga bohong besar. Harga pangan murah juga akibat membanjirnya impor pangan. Hal lain karena pemerintah untuk menghadapi hari raya juga mencanangkan impor besar-besaran produk pangan seperti gula, daging, dan beras, sehingga jelas bohong besar kalau deflasi disebabkan oleh panen raya," tegasnya.

Ia menyampaikan deflasi yang terjadi saat ini lebih disebabkan oleh daya beli masyarakat yang semakin menurun yang diakibatkan oleh makin turunnya pendapatan masyarakat akibat hilangnya sumber pendapatan masyarakat seperti PHK serta gaji buruh yang dibayar di bawah upah minimum regional (UMR).

"Deflasi saat ini terjadi juga akibat banjirnya barang impor cuci gudang dari China di mana di China terjadi over capacity production sehingga China harus mengobral murah-murah hasil industrinya," ujarnya.

Disebutkan, deflasi yang tidak didasari oleh kinerja ekonomi nasional, misalnya akibat cost produksi yang menurun atau kebijakan yang mengarah turun nilai inflansi, akan menyebabkan depresi ekonomi dengan dibarengi oleh jatuhnya kurs nilai mata uang rupiah terhadap USD.

"Serta angka pengangguran yang terus meningkat serta hancurnya industri nasional akibat tidak mampu bersaing dengan produk-produk impor," pungkasnya.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: