Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Brexit Tekan Ekonomi Uni Eropa

Warta Ekonomi, Jakarta -

Brexit atau Inggris keluar dari Uni Eropa, akan menciptakan kekacauan terhadap rencana anggaran blok serta integrasi pasar modal yang sedang berlangsung, membawa dampak negatif terhadap lembaga-lembaga keuangan dan akhirnya membebani ekonomi blok itu, para ahli mengatakan.

Inggris merupakan penyumbang bersih terbesar keempat untuk anggaran Uni Eropa, setelah Jerman, Prancis dan Italia. Tahun ini, negara tersebut akan memberikan kontribusi 19,4 miliar euro (21,59 miliar dolar AS) untuk anggaran Uni Eropa dan mendapatkan kembali potongan serta bea masuk senilai lima miliar euro, menyumbang sekitar lima persen dari anggaran blok tersebut.

Para ahli mengatakan kesenjangan anggaran akibat Brexit harus diisi oleh negara-negara anggota Uni Eropa lainnya, di mana Jerman diharapkan dapat memberikan kontribusi pangsa terbesar.

Brexit berarti Inggris akan meninggalkan serikat pasar modal Uni Eropa yang akan didirikan, yang bertujuan menghilangkan hambatan bagi investor dan membantu memobilisasi dana bagi proyek-proyek infrastruktur dan, yang paling penting, usaha kecil dan menengah (UKM).

Dengan Inggris, ekonomi terbesar kelima di dunia, perekonomian Uni Eropa berdiri sedikit lebih besar dari Amerika Serikat. Media melaporkan bahwa ukuran ekuitas Uni Eropa hanya setengah dari AS, sementara pasar surat berharganya bahkan kurang dari seperempat pasar AS.

Brexit diperkirakan dapat merusak penyatuan pasar modal Uni Eropa, karena Inggris telah lama berdiri sebagai bagian penting dari pasar modal Uni Eropa.

Sementara itu, para ahli memperingatkan bahwa Brexit juga akan memiliki dampak negatif pada lembaga-lembaga keuangan blok itu.

Misalnya, Bank Investasi Eropa (EIB), yang modalnya sangat bergantung pada kekuatan ekonomi utama blok itu, dihadapkan dengan penurunan pangsa Inggris yang menyumbang sekitar 16 persen.

Brexit serta penempatkan rating tinggi bank-bank terhadap risiko, meninggalkan obligasi bank-bank dalam posisi rentan dan dapat mendorong investor menjauh untuk mencari obligasi yang lebih aman.

Untungnya, bahaya Brexit terhadap modal Bank Sentral Eropa (ECB) bisa menjadi tidak begitu berat, karena Inggris bukan merupakan negara zona euro.

Inggris memberikan kontribusi 55 juta euro untuk ECB dan hanya diwajibkan berkontribusi terhadap biaya operasional ECB dengan membayar setidaknya 3,75 persen dari modal yang ditempatkan, menurut Bruegel, sebuah lembaga riset berpengaruh yang berbasis di Brussels.

"Ini berarti bahwa kontribusi Inggris terhadap ECB kecil, dan itu akan mudah diatasi," kata sebuah laporan Bruegel.

Di sisi lain, perdagangan menjadi masalah rumit lain. Britania menarik diri dari pasar tunggal Uni Eropa sangat merugikan karena harus merenegosiasi perjanjian perdagangan dengan negara-negara anggota Uni Eropa, 52 negara yang menikmati perjanjian perdagangan preferensial dengan Uni Eropa, atau dengan lebih dari 100 anggota Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).

Para ekonom memperingatkan bahwa Brexit menimbulkan ketidakpastian yang besar pada pertumbuhan blok itu, yang sayangnya masih lamban.

Brexit akan berdampak pada perdagangan Uni Eropa, meningkatkan risiko-risiko di sektor keuangan blok itu dan menunda investasi, para ahli mengatakan, secara keseluruhan, diperkirakan pertumbuhan produk domestik bruto blok itu dapat melambat menjadi 0,5 persen hingga 1,0 persen pada 2017, dibandingkan dengan predikasi sebelumnya sekitar 1,6 persen. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Sucipto

Advertisement

Bagikan Artikel: