Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pasca-Brexit Industri Otomotif Alami Ketidakpastian

Oleh: ,

Warta Ekonomi, Jakarta -

Pasca-Brexit, Inggris harus mencapai kesepakatan perdagangan dengan Eropa sesegera mungkin untuk melindungi industri mobilnya yang bernilai multi-miliar pound dan menghindari tarif tinggi.

David Bailey, profesor industri di Aston University, memperingatkan soal "ketidakpastian besar" dalam industri otomotif setelah keputusan rakyat Inggris untuk meninggalkan Uni Eropa. Tanpa adanya kesepakatan, ia khawatir industri otomotif akan kembali menghadapi tarif 10 persen pada ekspor. Tahun lalu, ekspor Inggris ke pasar Uni Eropa sekitar 58 persen disumbang dari sektor otomotif atau meningkat 11 persen.

"Apa yang tidak kita inginkan adalah kembali ke aturan yang ditetapkan oleh WTO yakni penerapan tarif 10 persen pada ekspor mobil," kata Bailey, seperti dikutip dari laman BBC di Jakarta, Senin (26/6/2016).

"Investasi industri mobil Inggris bernilai sekitar £8 miliar dalam empat tahun terakhir. Perusahaan dan investor datang ke Inggris untuk memproduksi mobil yang sebagian besar ditujukan untuk pasar Eropa," tambah Profesor Bailey.

"Jadi, secepat mungkin kita harus menjelaskan kepada perusahaan-perusahaan bahwa akses gratis ke pasar Eropa masih tersedia dan kami akan memiliki hubungan perdagangan yang baik dengan Eropa."

Inggris memproduksi hampir 1,6 juta unit mobil pada tahun lalu, meningkat 3,9 persen dari tahun 2014. Para analis industri memprediksi produksi mobil Inggris akan mencapai dua juta unit pada tahun 2017.

Ford, yang mempekerjakan sekitar 14.000 karyawan di Inggris, pada hari Jumat memperingatkan bahwa pihaknya akan "mengambil tindakan apa saja yang diperlukan untuk memastikan bahwa bisnisnya di Eropa tetap kompetitif dan terus menuju profitabilitas yang berkelanjutan".

CEO Nissan Carlos Ghosn mengatakan bahwa Nissan tetap berkomitmen untuk berinvestasi di Inggris. "Kami berharap bisa memperluas kapasitas pabrik, kami ingin punya pusat rekayasa teknologi, tentu dengan harapan bisa kompetitif dengan pesaing. Kami akan menangkap setiap peluang yang ada.

Produsen mobil Jepang tersebut mempunyai pabrik perakitan terbesar di Inggris dan pusat Nissan di Eropa yakni Nissan Sunderland Plant. Pabrik tersebut antara lain memproduksi mobil mewah andalan Nissan, Infiniti. Nissan Sunderland Plant  mampu memproduksi sekitar 500 ribu unit per tahun dan sekitar 80 persen diekspor. Saat ini telah mempekerjakan hampir 8000 karyawan.

Sebelumnya, sejumlah produsen mobil berharap agar Inggris tak keluar dari Uni Eropa. Nissan dan Daimler bergabung dengan Ford untuk mendukung Perdana Menteri Inggris David Cameron yang mengupayakan agar Inggris tetap dalam Uni Eropa.

Perusahaan otomotif global memang sangat berkepentingan agar Inggris tetap bergabung dengan Uni Eropa karena merupakan pasar yang prospektif. Inggris menjadi akses utama untuk pasar tunggal Eropa karena itu mereka berkepentingan dengan keberadaan pabriknya di sana.

Mike Hawes, CEO British Society of Motor Manufacturing and Traders pada bulan lalu pernah menyatakan bahwa referendum penentuan Inggris pada keanggotaan Uni Eropa bakal berpengaruh terhadap pertumbuhan pasar otomotif ke depan.

"Eropa adalah mitra dagang terbesar kami dan keanggotaan Inggris di Uni Eropa sangat penting untuk pertumbuhan sektor otomotif," ucapnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: