Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

BEI: Stabilitas Ekonomi Domestik jaga Kinerja IHSG

Warta Ekonomi, Jakarta -

Bursa Efek Indonesia (BEI) menilai stabilitas ekonomi domestik, yang baik, menjaga kinerja indeks harga saham gabungan (IHSG) periode 20-24 Juni 2016 hanya melemah tipis 0,01 persen ke posisi 4.834,57 poin jika dibandingkan pekan sebelumnya.

Kepala Komunikasi Perusahaan BEI Dwi Shara Soekarno di Jakarta, Minggu (26/6/2016) mengatakan, sentimen perkembangan perekonomian dunia, khususnya Eropa terkait hasil referendum Inggris yang keluar dari Uni Eropa (Brexit) menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja IHSG.

"Meski IHSG melemah, namun hanya tipis karena daya tahan perekonomian Indonesia terhadap sentimen eksternal cukup kuat," katanya.

Meski dibayangi sentimen negatif eksternal, lanjut dia, investor asing di sepanjang periode 20-24 Juni 2016 itu masih mencatatkan beli bersih di pasar saham Indonesia senilai Rp1,44 triliun. Secara tahunan, aliran dana investor asing di pasar saham masih tercatat beli bersih dengan nilai Rp8,08 triliun.

Pada periode itu, lanjut dia, nilai kapitalisasi pasar BEI di sepanjang 20-24 Juni 2016 itu juga meningkat menjadi Rp5.187,53 triliun dari Rp5,172.39 triliun di akhir pekan sebelumnya.

Vice President PT Samuel Sekuritas, Mohamad Al Fatih menambahkan bahwa pasar saham domestik sempat mengalami kepanikan setelah hasil referendum Inggris memutuskan keluar dari Uni Eropa.

"Sempat panik ya karena Brexit ini sesuatu yang tidak diduga. Angket-angket sebelumnya cenderungnya memerlihatkan akan tetap (bertahan di Uni Eropa). Ternyata tidak. Sesuatu yang tidak terduga itu tidak baik untuk pasar," katanya.

Ia menilai bahwa sentimen Brexit masih bisa terasa dampaknya hingga pekan depan. Apalagi, jika berdampak ke negara lain di Eropa lainnya yang juga ingin keluar dari Uni Eropa. Sekelompok orang di Perancis menyatakan ingin mendorong negaranya keluar dari Uni Eropa.

"Itu menambah ketidakpastian yang sektor keuangan tidak suka. Artinya, kalau tidak suka itu mereka jual dulu aset yang berisiko ke aset yang pasti seperti dolar AS dan emas," katanya. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Vicky Fadil

Advertisement

Bagikan Artikel: