Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Juni 2016, Jakarta Alami Inflasi 0,52 Persen

Warta Ekonomi, Jakarta -

Kantor perwakilan Bank Indonesia (Kpw BI) Provinsi DKI Jakarta mengungkapkan tekanan inflasi DKI Jakarta selama bulan Ramadhan atau Juni 2016 mengalami peningkatan, namun masih terkendali.

Kepala Perwakilan BI Provinsi DKI Jakarta Doni P. Joewono mengatakan, meningkatnya permintaan masyarakat pada bulan Ramadhan disebabkan aktivitas konsumsi selama bulan puasa dan persiapan Hari Raya Idul Fitri. Hal ini yang membawa DKI Jakarta mengalami inflasi sebesar 0,52% (mtm).

"Pencapaian ini sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata historis inflasi satu bulan sebelum Idul Fitri dalam lima tahun terakhir, yaitu 0,48% (mtm) tanpa memasukkan inflasi 2013 karena kenaikan BBM," ujar Doni di Jakarta, Jumat (1/7/2016).

Menurut Doni, hal itu terjadi karena relatif dekatnya jarak waktu dengan Hari Raya Idul Fitri 2016 yang jatuh pada minggu I Juli 2016, yang tidak terjadi pada lima tahun sebelumnya.

"Masih terkendalinya inflasi DKI Jakarta juga tercermin dari capaian yang lebih rendah dari inflasi nasional sebesar 0,66% (mtm)," ungkapnya.

Inflasi DKI Jakarta pada bulan Juni 2016 dipengaruhi oleh meningkatnya permintaan masyarakat menghadapi persiapan Hari Raya Idul Fitri dan masa libur panjang serta meningkatnya pendapatan menjelang hari raya keagamaan karena adanya tunjangan hari raya.

Beberapa komoditas yang umumnya mengalami peningkatan permintaan dan kenaikan harga menghadapi pola musiman ini adalah transportasi, sandang dan bahan makanan. Melanjutkan kenaikan pada bulan sebelumnya, inflasi kelompok bahan pangan yang bergejolak (volatile food) kembali menunjukkan peningkatan dan menjadi sumber utama inflasi pada bulan Juni.

"Kenaikan terutama berasal dari komoditas jeruk, kentang dan daging ayam ras yang mengalami inflasi masing-masing sebesar 6,79% (mtm), 17,49% (mtm) dan 2,48% (mtm). Kenaikan disebabkan oleh tingginya tingkat permintaan serta pasokan yang relatif terbatas," papar Doni.

Khusus daging ayam ras, Doni menuturkan, dampak dari pemusnahan parentstock broiler beberapa bulan sebelumnya, yang menurunkan pasokan, dan meningkatnya permintaan terkait subtitusi pangan dari daging sapi ke daging ayam memicu kenaikan harga komoditas tersebut. Substitusi terjadi terkait dengan masih bertahannya harga daging sapi pada level yang cukup tinggi.

"Walau demikian, laju inflasi volatile food masih tertahan oleh penurunan harga pada subkelompok bumbu-bumbuan, yang mengalami deflasi sebesar 3,72% (mtm)," terang dia.

Secara keseluruhan, pencapaian inflasi bahan makanan pada Juni 2016 sebesar 1,32% (mtm), jauh lebih terkendali dibandingkan dengan inflasi pada bulan-bulan menjelang perayaan hari raya Idul Fitri dalam lima tahun terakhir yang mencapai rata-rata 1,58% (mtm) tanpa memasukkan inflasi 2013 karena kenaikan BBM.

Sejalan dengan kelompok volatile foods, kelompok administered prices juga mengalami kenaikan inflasi. Tingginya tingkat permintaan akan jasa transportasi pada masa libur sekolah, dan menjelang Hari Raya Idul Fitri, terutama pada angkutan udara dan angkutan antarkota menyebabkan kedua moda transportasi tersebut mengalami inflasi masing-masing sebesar 9,98% (mtm) dan 3,94%(mtm).

"Perkembangan harga ini membawa kelompok transpor, Komunikasi dan jasa keuangan mengalami inflasi sebesar 0,67% (mtm). Selain jasa transportasi, kebijakan pemerintah menaikkan tarif tenaga listrik (TTL) per 1 Juni 2016 pada 12 kelompok nonsubsidi membawa tarif listrik mengalami inflasi sebesar 0,72% (mtm). Ketiga komoditas tersebut menjadi pendorong utama kenaikan laju inflasi administered prices," jelas Doni.

Inflasi juga dipicu oleh naiknya beberapa komoditas pada kelompok inti, walau masih relatif terbatas. Komoditas yang tergabung pada sandang serta makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau merupakan pendorong utama kelompok ini.

Budaya masyarakat dalam membeli pakaian baru beserta perlengkapan sandang lainnya seperti emas perhiasan untuk keperluan Hari Raya Idul Fitri, menjadi penyebab utama naiknya inflasi sandang, yang mencapai 0,87% (mtm).

"Dari kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, meningkatnya inflasi dipicu oleh dorongan permintaan kue-kue seperti biskuit dan kue kering dalam rangka persiapan hari raya. Nerbagai perkembangan yang ada membawa kelompok ini mengalami inflasi sebesar 0,22% (mtm)," tutup Doni.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: