Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Presiden UE Sebut Tak Ada Tenggat untuk Mulai Perundingan 'Brexit'

Warta Ekonomi, Paris -

Presiden Komisi Uni Eropa Jean Claude Juncker, Senin (25/7/2016), mengatakan bahwa tidak ada batas waktu bagi Inggris untuk memulai pembicaraan tentang meninggalkan Uni Eropa.

Perdana menteri baru Inggris Theresa May mengatakan kepada Juncker pada awal bulan ini bahwa Inggris berharap mengadakan pembicaraan dengan Uni Eropa setelah referendum 23 Juni, yang memutuskan meninggalkan kelompok tersebut, tetapi perlu waktu untuk menyiapkan perundingan.

Juncker mengatakan kepada televisi France 2 bahwa tidak ada batas waktu, karena artikel 50 dari perjanjian Uni Eropa, yang menentukan prosedur keluar dari organisasi itu, hanya dapat diaktifkan oleh Inggris.

"Saya lebih suka Inggris menyampaikan kepada kami surat pengunduran dirinya, sesegera mungkin, karena seperti yang saya kira bahwa Inggris, terutama mereka yang ingin meninggalkan Uni Eropa, akan siap untuk kemungkinan ini," kata Juncker.

Dia menambahkan bahwa bukan itu yang terjadi dan bahwa Pemerintah Inggris akan perlu beberapa bulan untuk menentukan sikapnya.

Sementara itu, rakyat Inggris yang menginginkan negaranya "keluar" dari Uni Eropa pada akhir Juni memenangi referendum Brexit (Inggris keluar dari UE) dengan mencatat perolehan 52 persen dari suara.

Berdasarkan atas hasil itu, Inggris menarik diri dari keanggotaan Uni Eropa setelah bergabung selama 43 tahun.

Sementara hampir semua hasil pemungutan suara sudah dihitung, lebih dari 17 juta warga memilih Inggris mencabut keanggotaan di EU.

Sekitar 16 juta lainnya memilih tetap menjadi bagian dari Uni Eropa. Hasil resmi dikutip dari media lokal.

Inggris menjadi negara pertama yang keluar dalam sejarah 60 tahun keberadaan kelompok Eropa itu.

Inggris, yang mulai bergabung dengan Komunitas Ekonomi Eropa pada 1973, memang selalu mempunyai hubungan ambivalen dengan blok tersebut. Meski mendukung perdagangan bebas dan ekspansi keanggotaan ke Eropa timur, mereka menolak menggunakan mata uang euro maupun bergabung dalam zona bebas Schengen.

Hasil referendum menunjukkan perpecahan yang mendalam di masyarakat Inggris. Pendukung Brexit merupakan jutaan warga yang merasa ketinggalan dalam globalisasi dan tidak mendapat keuntungan dari ekonomi pasar bebas.

Seorang anggota parlemen Inggris yang pro-Uni Eropa bahkan tewas akibat ditembak oleh pelaku yang meneriakkan "Mati bagi para pengkhianat, kebebasan untuk Inggris" dalam pengadilan.

Pada akhirnya, kekhawatiran akan migrasi yang tidak terkontrol dan kedaulatan menang melawan peringatan akan dampak buruk terhadap ekonomi jika Inggris keluar dari Eropa. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Sucipto

Advertisement

Bagikan Artikel: