Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kemenkop Siap Bersinergi dengan Kemendes Soal Pengembangan OVOP

Oleh: ,

Warta Ekonomi, Jakarta -

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop dan UKM) siap melakukan kerja sama dengan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes dan PDTT) dalam mengembangkan program satu desa satu produk (one village one product/OVOP) untuk mempermudah aktivitas perdagangan online (e-commerce) produk desa.

"Kemenkop sudah lama mengembangkan program OVOP baik dari sisi produksi maupun pemasarannya, misalnya komoditas gula semut di Kulonprogo Yogjakarta, maupun Virgin Coconut Oil (VCO) di Purworejo, berbagai olahan kerupuk di Tasikmalaya," kata Deputi Bidang Produksi dan Pemasaran Kemenkop dan UKM I Wayan Dipta di Jakarta, Rabu (24/8/2016).

Terkait OVOP, Kemenkop dan UKM sudah melakukan kerja sama dengan Korean Trade Investment Promotion Agency (KOTRA) yang bertujuan untuk mengembangkan kerja sama dan mendukung gerakan OVOP. KOTRA didukung oleh perusahaan-perusahaan besar Korea yang berinvestasi di Indonesia seperti Cheil Jedang, Samsung Electronics, Hana Bank, PT Eagle, dan Lottemart.

Peran perusahaan-perusahaan tersebut adalah memfasilitasi koperasi binaannya untuk meningkatkan kualitas produk seperti gula semut mulai dari memfasilitasi pengadaan teknologi untuk memperbaiki proses produksi, peningkatan kualitas kemasan, hingga pemasaran baik di dalam negeri antara lain melalui jaringan pemasaran Lottemart, dan melalui media internet maupun melalui pemasaran ekspor.

"Selain itu, Kemenkop dan UKM juga sudah bekerja sama dengan Telkom untuk membuat Kampung Digital guna mengembangkan pemasaran produk OVOP yang baru saja diresmikan di Desa Celuk, Kab Gianyar Bali yang terkenal dengan kerajinan perak," tambah Wayan Dipta.

Dengan memanfaatkan teknologi, OVOP tak akan ketinggalan zaman karena teknologi berperan sebagai sarana paling efektif untuk mempromosikan hasil produk yang tidak hanya menyarar pasar dalam negeri tetapi juga ke mancanegara.

I Wayan Dipta mengatakan bahwa dalam pengembangan OVOP diperlukan kerja sama antar-instansi sehingga melahirkan sinergi.

"Sekarang bukan eranya lagi ego sektoral dalam pembangunan sebaliknya sangat dibutuhkan kerja sama dan kolaborasi dalam mengembangkan perekonomian daerah terutama terkait OVOP," katanya.

Karena itu, pihaknya mengusulkan pemberdayaan sumber daya yang sudah ada, misalnya soal BUMDses yang akan dibentuk.

"Kenapa tidak diberdayakan saja KUD-KUD di desa sebagai lembaga yang bertugas melayani petani sampai mengembangkan produk ungggulan?" katanya.

Hal itu karena badan hukum di Indonesia hanya mengenal PT (perseroan terbatas) dan koperasi saja. "Kalau buat PT mungkin terlalau lama, jadi sebaiknya digabung saja sama koperasi yang sudah ada," katanya.

Sebelumnya Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Eko Putro Sandojo meyakini program itu akan memperluas jaringan pasar perdesaan. Dengan begitu, imbuhnya, setiap desa dituntut untuk memproduksi satu produk unggulan untuk dijual ke pasar e-commerce.

"Program desa online bisa kita kaitkan dengan e-commerce, tapi kalau tidak ada produk unggulan dalam satu kecamatan atau minimal untuk desa nanti akan susah. Saya ingin ke depan desa membantu kota, bukan kota membantu desa," pungkasnya.

Adapun, saat ini terdapat 74.754 desa di Indonesia yang menyimpan potensi ekonomi jika diberdayakan dengan maksimal. Peningkatan taraf hidup desa menjadi hal penting untuk mendorong kemajuan perdesaan.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: