Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Sri Mulyani: Jangan Jadikan BUMN Sakit Sebagai Induk Holding

Warta Ekonomi, Jakarta -

Menteri Keuangan Sri Mulayani beranggapan holding harus bisa membuat Badan Usaha Milik Negara (BUMN) profesional dan transparan. Sehingga, perusahaan yang akan dijadikan perusahaan BUMN haruslah perusahaan yang sehat dan transparan. 

"Jangan justru melindungi korporat yang sangat tidak efisien yang bahkan menyengsarakan banyak pihak. Pada akhirnya, masyarakat harus menanggung beban korporasi yang tidak efisien, yang rugi terus, yang minta tambahan modal terus yang berdarah-darah terus," ucapnya, saat menggantikan Menteri BUMN Rini Soemarno dalam rapat Holdingisasi di Gedung DPR RI, Rabu (24/8/2016).

Bila dilihat dari rencana pembentukan holding energi yang saat ini tengah bergulir, komentar Sri ini menyentil rencana pembentukan holding migas yang bentuknya adalah Pertamina mengakuisisi PGN. Dengan tingkat efisiensi yang rendah, bukan hal yang bijaksana bila menjadikan Pertamina sebagai induk perusahaan milik negara di sektor migas. Sektor yang cukup fital bagi perekonomian Indonesia.

Sekedar catatan, kinerja keuangan Pertamian memang buruk. Utang yang menggunung dan limit hutangnya sudah habis membuat keuangan Pertamina 'ngos-ngosan'. Sehingga, holding migas ini salah satu cara untuk menambah aset untuk membuat utang baru. Bila tidak efisien maka hanya akan menambah utang-utang baru.

Hal senada pernah diungkapkan Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas, Faisal Basri dalam paparan terbarunya terkait salah satu rencana pembentukan Holding BUMN yakni Holding BUMN Migas. Menurut Faisal, dalam pembentukan holding migas, jangan sampai kinerja Pertamina yang belum transparan malah memengaruhi kinerja PGN.

Dalam laporan keuangan Pertamina memang tercata perusahaan membukukan pendapatan usaha yang luar biasa besar mencapai US$ 41,76 miliar, namun perolehan laba bersihnya hanya tercatat sebesar US$ 1,42 miliar. Artinya, laba yang dicatatkan Pertamina  hanya setara 3,4 persen dari pendapatannya. Ini jauh dibanding kecil dibanding bunga deposito perbankan saat ini yang berada di kisaran 6 persen. 

Kinerja terbalik alias lebih positif justru ditunjukkan perusahaan gas pelat merah, PGN yang mampu membukukan laba bersih sebesar US$ 401,2 juta di tahun 2015. Perolehan tersebut setara 13 persen dari pendapatan usaha yang sebesar US$ 3,07 miliar.

 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri

Advertisement

Bagikan Artikel: