Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

BI Sumut Dorong Penggunaan Valas Selain Dolar AS

Warta Ekonomi, Medan -

Pasar valuta asing (valas) di Indonesia masih sangat dangkal. Hal ini disebabkan karena terbatasnya instrumen derivatif di pasar keuangan serta dominasi dolar AS pada transaksi valas domestik.

‎Kepala Divisi Advisory Pengembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah BI Perwakilan Sumut Budi Trisnanto mengatakan dominannya dolar AS di pasar valas domestik menyebabkan permintaan terhadap mata uang lain menjadi minim.

"Hal ini juga yang membuat transaksi perdagangan makin tergantung pada dolar AS," katanya di Medan, Kamis (25/8/2016).

Dominasi dolar AS di pasar Indonesia justru berbanding terbalik dengan kondisi hubungan dagang antar-kedua negara. Berdasarkan negara, ekspor Indonesia lebih banyak ke Eropa sebesar 11%; Jepang 11%; Amerika 10%; dan Tiongkok 10%. Sementara negara asal impor yang paling dominan adalah Tiongkok 20%; Singapura 15%; dan Eropa 10%.

Ironisnya, mata uang yang paling dominan dipakai dalam transaksi ekspor justru dolar AS, yakni 94%, sedangkan sisanya berupa mata uang euro, yen, yuan, dan dolar Singapura. Sementara dalam transaksi impor, dolar AS masih mendominasi sekitar 58%; euro 4,4%; rupiah 2,9%; dan yen 2,8%.

Ketergantungan terhadap dolar AS itu juga disebabkan karena kebiasaan para pengusaha baik eksportir dan importir yang menggunakan dolar AS dalam setiap transaksi sebagai akibat dari terbatasnya pemahaman mengenai penggunaan mata uang lain dalam transaksi internasional.

"Karena kebiasaan ini, pengusaha jadi kurang tertarik menggunakan mata uang lain," katanya.

Akibat dari keadaan ini adalah nilai tukar rupiah menjadi kurang perkasa saat berhadapan dengan dolar AS. Adakalanya, penguatan mata uang rupiah menjadi kurang maksimal akibat dominasi dolar AS di pasar valas domestik.

Untuk itu, BI hingga kini terus berupaya untuk membuat kebijakan dan Pengaturan Pasar Valas domestik yang mendukung sektor riil dan membatasi spekulasi untuk mencapai stabilitas nilai tukar. Pihaknya mendorong masayarakat untuk mengurangi ketergantungan terhadap mata uang dolar AS dengan menggunakan valas lain.

"Kami juga mendorong transaksi lindung nilai untuk mengurangi dominasi transaksi spot yang bersifat tergesa-gesa," ujarnya.

Dengan begitu, pihaknya berharap kondisi pasar valas domestik makin berkembang, likuid dan efisien sehingga dapat mendukung stabilitas nilai tukar rupiah.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Khairunnisak Lubis
Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: