Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Perbankan Diminta Beri Kredit Usaha Budidaya Ikan

Warta Ekonomi, Jakarta -

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) meminta perbankan untuk memberikan kredit modal bagi usaha perikanan budidaya, karena selama ini permodalan menjadi salah satu kendala bagi peternak ikan mengembangkan usahanya.

Dirjen Perikanan Budidaya KKP Slamet Soebijakto di Jakarta, Jumat (26/8/2016), menyatakan usaha perikanan budidaya sangat menjanjikan secara ekonomi serta bisa diprediksi waktu panennya, seperti lele yang hanya butuh waktu dua bulan pemeliharaan, bahkan sudah dapat di ekspor.

"Oleh karena itu perbankan sudah seharusnya memberikan kredit untuk usaha budidaya perikanan. Kami akan mendorong perbankan (memberi kredit perikanan budidaya)," katanya.

Sebelumnya Slamet mengatakan pasar ekspor ikan lele ke Eropa dan Asia Timur masih sangat besar, namun harus memenuhi standar mutu yang ditentukan dan bebas dari berbagai bakteri merugikan.

Para peternak di Jawa Timur, tambahnya, telah mampu menembus pasar ekspor ikan lele hasil budidaya mereka karena mampu memenuhi standar mutu yang ditetapkan negara pengimpor.

Terkait peningkatan mutu dan standar produk perikanan budidaya tersebut, Dirjen menyatakan, KKP mengembangkan sistem pemeliharaan ikan lele dengan model "bioflok" yang mampu menjamin mutu biosecurity hasil panen. Sehingga sangat berpotensi mampu memenuhi standar mutu negara pengimpor.

Menurut dia, sistem bioflok mampu menumbuhkan mikroorganisme yang mengolah limbah proses budidaya ikan lele menjadi gumpalan-gumpalan (floc) kecil. Gumpalan-gumpalan hasil olahan itulah yang dimanfaatkan sebagai pakan alami ikan lele.

Pertumbuhan mikroorganisme dilakukan dengan memberikan kultur bakteri probiotik dan memasang penyuplai oksigen yang sekaligus berfungsi mengaduk air kolam.

Dengan sistem tersebut, tambahnya, mampu menekan penggunaan pakan pada peternakan lele yang mana untuk pola konvensional membutuhkan pakan sebanyak 1,8 kg guna menghasilkan daging lele seberat 1 kg.

Sedangkan dengan sistem bioflok untuk menghasilkan daging lele seberat 1 kg hanya dibutuhkan pakan sebanyak 1 kg, ujar Slamet seraya menambahkan bahkan jika dilakukan dengan standar operasional yang baik hanya 0,8-0,9 kg.

"Sangat menguntungkan karena dalam tempo dua bulan saja para peternak sudah bisa panen. Selain itu tidak menimbulkan bau atau polusi udara di sekitar peternakan. Air bekas pemeliharaan lele bisa dimanfaatkan untuk pupuk bagi tanaman," katanya saat melakukan tebar bibit ikan lele di kolam milik kelompok budidaya ikan (pokdakan) 'Karya Mina Sejahtera Bersama' Desa Duren Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Kamis (25/8).

Oleh karena itu, pihaknya berharap sistem bioflok dapat diterima para peternak dan terus berkembang semakin luas ke banyak daerah, karena sistem peternakan lele ini dapat menjadi gantungan pendapatan warga. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Sucipto

Advertisement

Bagikan Artikel: