Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kemenristek Selenggarakan Diaspora Guru Besar Akhir Desember

Warta Ekonomi, Jakarta -

Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti) berencana menyelenggarakan diaspora dikalangan guru besar dan para akademisi lainnya yang saat ini tersebar diberbagai belahan dunia.

"Pertemuan itu bagian dari harapan Presiden Joko Widodo, mudah-mudahan dapat dilaksanakan pada akhir tahun ini, syukur Desember mendattang dapat terwujud," kata Direktur Jenderal Sumber Daya Manusia Kemenristek Dikti Prof Dr Ali Gufron Mukti kepada Antara, di Jakarta, Rabu (31/8/2016).

Diaspora adalah suatu istilah untuk menunjuk orang-orang yang pergi meningggalkan negaranya. Merekan merantau keberbagai belahan dunia, namun tak lagi sebagai warga negara Indonesia. Meski begitu, tetap mempunyai jati dirinya sebagai bangsa Indonesia.

"Mereka itu menjadi orang-orang penting dan berprestasi dikalangan akademisi, sehingga perlu berkumpul kembali untuk membantu kemajuan bangsa Indonesia ini," ujarnya.

Menjawab pertanyaan, Gufron mengatakan, sudah lebih dari 40 oranng guru besar (diaspora) menyatakan kesediaanya untuk hadir jika diundang dalam pertemuan nanti.

Pihaknya terus melakukan penelitian dan kerja sama dengan berbagai universitas di berbagai negara, guna menjaring para guru besar peranakan orang Indonesia, sehingga jumlah yang akan bergabung akan lebih besar.

"Kita terus meneliti siapa saja dan dari negara mana yang dapat diundang dan bersidia hadir, akan kita wadahi atau bantu," tuturnya.

Ali Gufron lebih rinci menjelaskan, tujuan diadakan pertemuan diaspora oleh Kemenristek Dikti, sedikitnya ada empat tujuan, seperti, membantu menganalisis data-data yang dimiliki dosen S3 di Indonesia yang mempunyai karya ilmiah untuk dapat dipublikasikan di level internasional.

Para guru besar tersebut juga diminta untuk mendorong adanya jurnal internasional yang punya reputasi di dunia internasional, sekaligus ada yang dijadikan peninjau (reviewer) terhadap pernerbitan jurnal ilmiah tersebut.

Selain itu, diminta juga memberikan sumbangan pemikiran terhadap kemajuan kampus sebagai basis pendidikan agar lulusannya mampu bersaing di dunia internasional, menyusul globalisasi yang sudah berlangsung saat ini.

"Dana dari lembaga asing untuk melakukan penelitian cukup banyak dan besar. Tetapi tidak banyak para sarjana atau guru besar Indonesia yang mampu mengambil atau partisipasi dalam penelitian itu. Dengan adanya pertemuan diaspora sudah pasti akan berdampak positif terhadap kemajuan pendidikan nasional," imbuh Gufron.

Pada kesempatan itu ia juga menyampaikan keprihatinannya, terhadap para guru besar yang masih suka "tidur" daripada melakukan penelitian.

"Para guru besar nasional itu jumlah karya ilmiahnya cukup minim jika dibandingkan dengan kalangan kampus lainnya, sebut saja Malaysia. Para guru besar dari Negeri Jiran ini dapat melakuan riset terpublikasi tiga kali lipat dari para guru besar kampus kita. Maaf ini apa lebih suka tidur atau melakukan tugasnya penelitian," ucapnya.

Pemerintah kata Gufron sudah memberikan tunjangan kompensasi gaji 3 kali lipat dari gaji pokoknya jika seorang dosen meraih gelar tertinggi dilingkungan akademisi itu.

"Mestinya ramai-ramai untuk dimanfaatkan karena syarat yang ditentukan pemerintah tidak terllalu rumit dan bahkan simpel," tambahnya. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Sucipto

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: