Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Restorasi Gambut Bersama Masyarakat Diterapkan di Sumsel

Warta Ekonomi, Palembang -

Restorasi gambut dengan metode pembasahan kembali (rewetting) dan dilanjutkan penanaman kembali (revegetasi) dengan tanaman ramah gambut (paludikultur) bersama masyarakat diterapkan di Sumatera Selatan (Sumsel).

Ketua Kelompok Ahli Tim Restorasi Gambut (TRG) Sumatera Selatan Robiyanto H Susanto di Palembang, Rabu (31/8/2016), mengatakan metode yang melibatkan masyarakat lokal untuk restorasi gambut menjadi usaha bersama dan dapat mencapai hasil maksimal.

Menurut Robiyanto, dalam upaya restorasi lahan gambut, kearifan lokal menjadi kunci keberhasilan. Masyarakat yang tinggal di sekitar gambut telah melakukan aktivitas pembukaan lahan sejak lama namun tidak pernah terjadi bencana kebakaran.

"Ini karena ada kearifan lokal yang diterapkan. Masyarakat lokal paham betul bagaimana caranya," ujar dia.

Direktur Wetlands International Indonesia Nyoman Suryadiputra mengatakan saat ini pemerintah Indonesia mengambil langkah berani merestorasi lahan gambut berskala besar melalui pembasahan kembali untuk mencegah kebakaran.

Sedangkan beberapa pemain utama di lahan gambut (HTI dan perkebunan sawit) justru mengklaim bahwa lahan gambut dapat didrainase (dikeringkan) untuk berkontribusi terhadap pembangunan perekonomian Indonesia yang berkelanjutan.

Ia menegaskan bahwa klaim tersebut sangat keliru karena kegiatan HTI maupun perkebunan sawit yang berbasis drainase akan menyebabkan gambut menjadi kering dan mudah terbakar.

Selanjutnya gambut akan mengalami penurunan permukaan (subsiden) yang mengakibatkan timbulnya genangan, dan akhirnya lahan menjadi tidak produktif.

Tidak berhenti pada metode rewetting, ia juga mengatakan agar lahan gambut yang direstorasi dapat tetap memiliki nilai ekonomi berkelanjutan untuk masyarakat, diperlukan identifikasi alternatif budidaya yang cocok untuk lahan basah.

Alternatif tersebut dapat berupa pengembangan budidaya perikanan (akuakultur) pada kanal-kanal drainase yang dibendung dan menanami tanaman asli lahan basah (paludikultur) di sekitar kanal-kanal yang dibendung tersebut.

Ketua Sarekat Hijau Indonesia Sumatera Selatan Sudarto Marelo mengatakan masyarakat lokal yang tinggal di sekitar lahan gambut adalah masyarakat yang memiliki kesadaran penuh untuk turut menjaga lahan dengan membentuk patroli swadaya masyarakat.

Selain itu, masyarakat lokal juga menanam tanaman-tanaman di lahan gambut sebagai upaya restorasi. Tanaman-tanaman yang ditanam oleh masyarakat kebanyakan adalah tanaman yang dapat dikonsumsi seperti nenas dan kopi, ujar dia Sementara itu, Peneliti Madya Bidang Silvikultur dari Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Palembang Bastoni mengatakan bahwa tanaman yang cocok sebagai tanaman restorasi lahan gambut harus memenuhi syarat ekologis dan ekonomis. Salah satu contohnya adalah tanaman Jelutung, yang memiliki karakteristik dapat tumbuh di genangan air.

Jelutung juga dapat menghasilkan biomassa, getah, serta memiliki produktivitas tinggi sehingga memiliki nilai ekonomi bagi masyarakat.

Selain Jelutung, masih ada beberapa jenis tanaman lain yang juga cocok ditanam di lahan basah seperti sagu, ramin, punak, belangeran, gelam, medang, dan lainnya, tambahnya.

Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) dan Kabupaten Musi Banyuasin (Muba) menjadi daerah yang diprioritaskan oleh Badan Restorasi Gambut (BRG) untuk upaya restorasi.

TRG daerah Sumatera Selatan telah menjalin kerja sama dengan organisasi-organisasi nonpemerintah dalam upayanya untuk merestorasi lahan di dua kabupaten tersebut yang jumlahnya lebih dari 291 ribu hektare (ha).

Upaya restorasi gambut di dua kabupaten tersebut dengan pemanfaatan komoditas lokal yang potensial dan terbukti adaptif pada lahan gambut seperti skema yang dikembangkan oleh FAO.

Skema ini pada prinsipnya adalah mengairi lahan gambut yang rusak, kemudian menanam tanaman yang juga memiliki nilai ekonomis yang cocok dengan karakter lahan gambut di tiap daerah di Indonesia seperti sagu, jelutung rawa, gelam, purun, medang, sonde, dan juga tumbuhan seresah pakis (kelakai). (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Vicky Fadil

Advertisement

Bagikan Artikel: