Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

BI Harus Tingkatkan Keamanan Data Transaksi Fintech

Warta Ekonomi, Jakarta -

Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) meminta Bank Indonesia (BI) meningkatkan keamanan data transaksi financial technology (Fintech) guna melindungi konsumen dari berbagai kejahatan cyber oleh hacker. Perlindungan ini dirasa perlu mengingat Indonesia menjadi negara yang paling rentan terhadap serangan virus komputer atau malware.

Ketua Komite VI ASPI bidang Infrastruktur dan Teknologi Sistem Pembayaran, Ery Punta Hendraswara mengatakan, berdasarkan data Security Threat Report oleh SophosLabs pada 2013, Indonesia menjadi negara yang paling rentan terserang malware PC.

Diukur dari presentase PC yang terserang malware atau Threat Exposure Rate (TER), Indonesia menduduki peringkat satu dengan presentase TER sebesar 23,54 persen.

"Tiongkok jadi negara kedua paling rentan (terserang virus) dengan 21,26 persen. Kemudian Thailand 20,78 persen, Filipina 19,81 persen, dan Malaysia dengan TER 17,44 persen," ujar Ery dalam Pelatihan Wartawan Ekonomi di Kantor Perwakilan BI Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (24/9/2016).

Padahal, lanjut dia, trend Fintech di Indonesia cukup besar karena didukung transaksi e-commerce, yang trennya terus meningkat. Berdasarkan riset Boston Consulting Group (BCG) pada 2014, transaksi e-commerce di Indonesia sebesar USD9 miliar atau setara Rp117,9 triliun (Rp13.100/USD).

"Di 2015 transaksi e-commerce meningkat pesat. Dari USD9 miliar (2014) jadi USD10 miliar (Rp131 triliun)," imbuhnya.

Bahkan, lanjut Ery, transaksi e-commerce melalui riset Taylor Nelson Sofres (TNS) meningkat pesat dari USD8 miliar (Rp104,8 triliun) di 2013 menjadi USD25 miliar (Rp327,5 triliun) pada 2016. Maka itu, tingginya serangan malware dalam transaksi Fintech di Indonesia harus dihindari.

"Seringkali kita tak sadar jadi korban kalau kita tidak tahu kena malware atau virus sehingga komputer dikendalikan orang lain. Ini harus dihindari, baik dari pemerintahnya atau dari BI," tegas Ery.

Asal tahu saja, negara yang paling aman terhadap serangan malware adalah Norwegia dengan TER 1,81 persen. Kemudian disusul Swedia 2,59 persen, Jepang 2,63 persen, United Kingdom 3,51 persen, serta Swiss dengan prosentase 3,81 persen.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Leli Nurhidayah

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: