Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pertamina Untung Besar, DPR: Kasihan Rakyat

Warta Ekonomi, Jakarta -

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mengatakan keuntungan PT Pertamina (Persero) yang sangat besar dari penjualan BBM subsidi yang mencapai Rp8,3 triliun di semester I dinilai patut dipertanyakan. Hal ini lantaran Pertamina tidak seharusnya mengambil untung terlalu banyak terhadap komoditas subsidi yang seharusnya bisa dinikmati rakyat.

Wakil Ketua Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat Azam Azman Natawijaya‎ menjelaskan, melihat kondisi ini, Pertamina seharusnya menghitung ulang mengenai harga BBM ini khususnya untuk yang bersubsidi agar tidak mengambil untung terlalu banyak dan membebani masyarakat.

"Memang itu menjadi domainnya Komisi VII ya, tapi kok kalau saya lihat, kalau memang kenyataannya untung besar dari BBM subsidi yang seharusnya buat rakyat, seharusnya dihitung ulang bersama DPR. Sebab itu kan keputusan menyangkut hajat hidup orang banyak. Biar tidak merugikan masyarakat. Kasihan rakyat kalau begini," kata dia di Jakarta, Selasa (27/9/2016).

Ia mengatakan, jika ke depannya Pertamina masih demikian, artinya mempengaruhi masyarakat akibat mengambil untung dari penjualan BBM yang bersubsidi, DPR bisa minta pertanggungjawaban langsung kepada presiden dengan mengundang ke rapat paripurna.

"Kita bisa pertanyakan itu. Kita punya hak angket. Kenapa kok mahal? Pertamina untung banyak dari sini, kenapa? Karena efeknya lebih ke membebani masyarakat. Kita bisa lakukan itu," ujarnya.

Menurutnya, beberapa hari ini dia mendapatkan informasi bahwa Pertamina akan menaikkan harga solar meskipun dia belum tahu pasti kapan akan dinaikkan. Lagi-lagi dia berharap agar Pertamina betul-betul menghitung, jika memang mau dinaikkan. Lantaran, dengan kenaikan itu nantinya akan menimbulkan multiplier effect terhadap cost logistic.

"Mereka (Pertamina) mesti ngomong, diskusi sama pengusaha transportasi barang, logistik, bicara sama asosiasi. Sebab kalau itu langsung dinaikkan, dan mereka enggak menghitung benar, cost logistic kita akan naik lagi pasti dan semua menjadi mahal, untung gede lagi Pertamina," ‎tukasnya.

Sebelumnya dalam laporan keuangan di semester I-2016 terungkap bahwa Pertamina mampu meraih untung hingga US$755 juta dari  pelaksanaan public service obligation (PSO) dan penugasan (kerosene, LPG 3 kg, solar dan premium non-Jamali).

Rinciannya, keuntungan dari penjualan BBM PSO dan penugasan mencapai USD637 juta atau sekitar Rp8,3 triliun dan dari LPG 3 kg sebesar USD117 juta atau sekitar Rp1,5 triliun.

Dalam penjelasannya, Pertamina menyatakan laba usaha BBM PSO 449,9 persen lebih tinggi dibandingkan periode sama 2015. Tingginya kenaikan laba ini disebabkan oleh rendahnya biaya produk sejalan dengan penurunan harga MOPS (Mid Oils Platts Singapore) dan harga minyak mentah Indonesia (ICP) yang merupakan komponen pembentuk biaya produk.

Realisasi ICP di semester I-2016 hanya USD 36,16 per barel, jauh di bawah RKAP Pertamina sebesar USD 50 per barel. Maka dengan modal harga minyak yang rendah dan menjual BBM dan LPG subsidi di harga tinggi, Pertamina mampu mengantongi EBITDA sebesar USD 4,1 miliar, dengan EBITDA margin 23,9 persen atau 128 persen dari RKAP yang dirancang perusahaan. Sementara laba bersihnya mencapai USD 1,83 miliar, 113 persen lebih tinggi dari RKAP perseroan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: