Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Forextime: Rupiah Makin Berkibar

Warta Ekonomi, Jakarta -

Rupiah menguat terhadap Dollar Amerika Serikat pekan ini menuju Rp 12.913 karena unggulnya Hillary Clinton vs Donald Trump dalam debat calon presiden putaran pertama meningkatkan selera pasar terhadap aset pasar berkembang.

Research Analyst Forextime, Lukman Otunuga mengatakan rupiah semakin menguat karena diskusi bahwa implementasi program pengampunan pajak Indonesia akan digencarkan di bulan September sehingga sentimen terhadap ekonomi Indonesia pun semakin positif.

Lukman menambahkan, walaupun ada wacana bahwa Asian Development Bank (ADB) mengurangi proyeksi pertumbuhan Indonesia untuk tahun 2016 dan 2017, prospek negara ini secara umum masih tetap optimis. Bank Indonesia baru-baru ini memangkas suku bunga acuan 25 bps menjadi 5 persen demi mendorong permintaan domestik.

"Kemudian, ditambah dengan kesuksesan program pengampunan pajak yang berpotensi meningkatkan pertumbuhan PDB. USD berpeluang semakin melemah karena fluktuasi ekspektasi peningkatan suku bunga Fed di tahun 2016 sehingga USDIDR mungkin akan tetap bearish pada rentang waktu harian dan seller mencoba menembus di bawah Rp 12.900 per dollar," ujarnya, dalam keretangan resmi di Jakarta, Kamis (29/9/2016).

Lukman menyebutkan, USD menguat pada perdagangan hari Selasa lalu karena rilis laporan keyakinan konsumen yang menggembirakan meningkatkan optimisme pada perekonomian AS. Dewasa ini, USD tertekan oleh menipisnya harapan peningkatan suku bunga AS di tahun 2016 namun data kemarin hari cukup membantu posisi mata uang ini. Terpecah belahnya suara di Federal Reserve memperbesar sensitivitas USD sehingga pergerakan mata uang ini pun berpotensi semakin eksplosif di masa mendatang. Walaupun sentimen terhadap USD masih cukup bullish, Fed akan memerlukan data domestik yang terus positif sebagai dasar untuk meningkatkan suku bunga di bulan Desember.

"Perhatian pasar akan tertuju pada testimoni Ketua Dewan Gubernur Fed Janet Yellen yang mungkin memberikan kejelasan tentang kapan Fed berencana mengambil langkah. Indeks Dolar tetap tertekan di bawah 95.50 dan breakdown tegas di bawah 95.00 dapat membuka jalan menuju 94.00," terangnya.

Sementara itu, Lukman menuturkan bahwa pergerakan saham global mengalami volatilitas tinggi di hari Selasa. Sebagian besar saham berfluktuasi tajam antara untung dan rugi karena antisipasi menjelang rapat informal OPEC dan juga diskusi tentang hasil debat presiden AS putaran pertama. Pasar saham Asia dimulai dengan mengkhawatirkan di hari Rabu. Nikkei merosot -1.31 persen karena anjloknya harga minyak merusak sentimen investor.

"Walaupun saham Eropa tampaknya dapat bertahan, masalah Deutsche Bank dapat membatasi potensi peningkatan. Wall Street menguat karena performa luar biasa Hillary Clinton vs Donald Trump dalam debat calon presiden meningkatkan selera investor pada aset berisiko. Walaupun peningkatan jangka pendek pasar saham cukup mengesankan, investor harus tetap waspada karena masalah ekonomi global dan Brexit masih berpotensi memicu gelombang penghindaran risiko," katanya.

Adapun, West Texas Intermediate (WTI) sedikit menguat di hari Rabu mendekati US$45.00 karena di luar dugaan data industri menampilkan penurunan persediaan minyak mentah AS. Namun menurut Lukman, terlepas dari peningkatan jangka pendek ini, harga minyak tetap sangat tertekan oleh masalah oversuplai serius yang menjadi pondasi bagi investor bearish untuk menyerang. Optimisme pasar sangat rendah bahwa rapat informal OPEC Rabu ini akan dapat menghasilkan solusi masalah oversuplai dan ini akan membatasi peningkatan harga.

Semakin jelas bahwa para anggota utama OPEC sedang bertanding untuk merebut kembali pangsa pasar. Ini menyebabkan harga minyak akan tetap rendah dalam jangka menengah dan panjang.

"Bears masih berkuasa dan apabila rapat hari ini tidak menghasilkan kesepakatan, harga minyak berpotensi semakin tergelincir. Dari sudut pandang teknikal, WTI dapat mengalami penurunan signifikan setelah level support $43 berhasil ditaklukkan," terangnya.

Lukman pun berbicara terkait merosotnya harga emas ke level terendah mingguan baru di US$1322.40 pada hari Rabu karena menguatnya USD memberi alasan bagi investor bearish untuk berulang kali menggencarkan aksi jual. Komoditas saat ini sangat terombang-ambing oleh berbagai faktor berlawanan yaitu penghindaran risiko, sensitivitas USD, dan fluktuasi ekspektasi peningkatan suku bunga Fed di bulan Desember. Walaupun unggulnya Hillary Clinton dalam debat putaran pertama membuat investor melirik aset berisiko, ketidakpastian menjelang pilpres November ini dapat memperkuat pesona logam mulia ini.

"Pernyataan Yellen yang bernada hawkish hari ini dapat membuat harga Emas semakin merosot karena optimisme peningkatan suku bunga Fed tahun ini pun menguat. Dari sudut pandang teknikal, emas terperangkap dalam rentang yang lebar dengan support di level US$1305 dan resistance di level US$1350. Diperlukan pemicu tak terduga agar Emas bergerak ke arah yang diinginkan investor," tukasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Cahyo Prayogo

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: