Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Liam Fox: Prospek Ekonomi Inggris Lebih Cerah Pasca-Brexit

Oleh: ,

Liam Fox: Prospek Ekonomi Inggris Lebih Cerah Pasca-Brexit Kredit Foto: Huffpost.com
Warta Ekonomi, Jakarta -

Sekretaris Perdagangan Internasional Liam Fox mengatakan kepentingan negara lain untuk menghindari tarif akan membahayakan masyarakat Uni Eropa. Menurutnya, perdagangan Inggris dan Uni Eropa akan lebih bebas pasca-Brexit seperti yang terjadi saat ini.

Ia juga memprediksi Inggris akan jadi standar perdagangan global dan Brexit menunjukan "kesempatan emas" untuk menjalin hubungan baru, demikian seperti dikutip BBC di Jakarta, Jumat (30/9/2016).

Kendati demikian, Juru Bicara, Uni Eropa, Nick Clegg mengatakan pendapat Fox tentang Brexit adalah "delusi". Inggris tidak mampu melakukan negosiasi kesepakatan perdagangan bebas, sementara, Eropa akan menegosiasikan perjanjian baru dengan beberapa negara setelah Brexit dan telah melakukan beberapa pembicaraan dengan sejumlah negara seperti Australia.

Dalam pidatonya di Manchester, ia menegaskan jika perdagangan bebas telah mengubah dunia menjadi lebih baik, dan Inggris memiliki kesempatan emas untuk menjalin hubungan baru di dunia.

Ia menambahkan, sebagai anggota WTO yang merdeka di luar Uni Eropa kita akan terus memperjuangkan liberalisasi perdagangan serta membantu mengembangakan pasar mereka sebagai jalan keluar dari kemiskinan dan memberikan mereka akses ke pasar kami.

"Saya percaya Inggris berada dalam posisi utam untuk menjadi pemimpin perdagangan bebas di dunia, karena keberanian dan keputusan sejarah rakyat Inggris untuk meninggalkan Uni Eropa. Kami tinggal di Uni Eropa, kami tidak meninggalkan Uni Eropa dan kami siap menjadikan lingkungan kita terbuka, bebas dan kompetitif dalam perdagangan global," katanya.

Secara terpisah, keresahan lain juga datang dari produsen mobil, Nissan. Menurut CEO Carlos Ghosn ketidakpastian Brexit kemungkinan naiknya tarif akan merusak investasi industri mobil.

Menurut Ghosn perusahan membutuhkan "kompensasi" terkait hambatan tarif yang barangkali akan muncul sejak Inggris meninggalkan Uni Eropa. Komentar itu muncul di tengah peringatan terhadap indutri mobil tentang risiko dari tarif yang disebabkan oleh keputusan Brexit.

Pada tahun 2015 tercatat perusahan memproduksi sekitar 1,59 juta mobil, 80% telah diekspor ke sebagian besar Eropa dan memiliki sekitar 800.000 orang pekerja.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: