Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Melihat Jokowi Membangun Demokrasi Selama Dua Tahun (2)

Melihat Jokowi Membangun Demokrasi Selama Dua Tahun (2) Kredit Foto: Pertamina
Warta Ekonomi, London -

Keberagaman latar belakang para pasangan calon kepala daerah Provinsi DKI Jakarta tersebut juga menuai adu komentar masing-masing pendukung menjelang pelaksanaan kampanye resmi dari KPU DKI Jakarta.

Meskipun pelaksanaan kampanye secara resmi pada 29 Oktober mendatang, atau lima hari setelah penetapan pasangan calon, namun gaung perang pendapat antarpendukung telah ramai diperbincangkan di media sosial.

Salah satu pemicunya adalah perkataan petahana Basuki Tjahaja Purnama yang dianggap keliru menafsirkan salah satu ayat dalam Kitab Suci Al-quran. Hal itu kemudian memicu perdebatan yang menyinggung suku, ras dan agama tertentu di media sosial.

Seiring dengan perkembangan teknologi, penggunaan media sosial dan akses internet di berbagai kalangan pemilih, sarana tersebut sering digunakan untuk berkomentar dan menyebarkan kebencian. Euforia komentar politik di media sosial muncul kembali setelah keramaian selama masa kampanye Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden pada 2014.

Untuk mencegah terjadinya perpecahan di kalangan masyarakat, Presiden Joko Widodo berharap supaya pelaksanaan Pilkada serentak gelombang kedua tersebut dapat berlangsung secara damai dan tetap demokratis.

Melalui Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Pratikno, Presiden Jokowi menyampaikan bahwa pelaksanaan pilkada harus berjalan secara demokratis untuk mendapatkan pemimpin yang memiliki komitmen besar dalam membangun daerah.

"Presiden menyampaikan bahwa ini semuanya harus berjalan dengan demokratis untuk memilih pemimpin yang mampu membangun DKI, karena ibu kota memerlukan pemimpin yang punya komitmen besar untuk memberikan kontribusi besar bagi Indonesia menjadi Negara yang besar," jelas Pratikno.

Wakil Presiden Jusuf Kalla juga memberikan pendapat senada, dengan memperingatkan kepada semua pihak untuk menghindari persoalan yang menyinggung suku, ras dan agama tertentu dalam pelaksanaan Pilkada 2017, khususnya di DKI Jakarta.

Meskipun banyak hal yang dapat memicu persoalan SARA, Wapres meminta semua pihak untuk menahan diri tidak memberikan ujaran kebencian yang justru akan semakin memperburuk keadaan.

"Kita ingin menghindari SARA walaupun di mana-mana juga sering timbul, tapi harus dipahami juga bahwa ini demokrasi, semua orang memilih sesuai apa yang dia suka," kata Wapres Jusuf Kalla.

JK mencontohkan pelaksanaan pemilihan presiden di Amerika Serikat, di mana salah satu kandidatnya mengujarkan komentar menyinggung agama Islam dan berimbas pada menurunnya jumlah pendukung kandidat tersebut.

"Di Amerika, perlu 240 tahun baru orang kulit hitam bisa menjadi presiden, perlu 175 tahun di Amerika baru orang Katolik jadi presiden. Jadi, masalah agama itu bukan soal pilihan. Jangan mengatakan kalau tidak memilih mayoritas itu tidak Pancasilais. Ini demokrasi, tapi jangan bentrokkan dengan menghina satu sama lain," ujar Wapres Kalla.

Tidak sedikit yang memprediksi bahwa pelaksanaan pilkada DKI Jakarta menyerupai Pilpres 2014 di mana perang pendapat berlangsung sengit di media sosial. Teknologi tidak bisa disalahkan, dalam hal ini, sehingga para pengguna media sosial diharapkan dapat memanfaatkan kemajuan teknologi penyebaran informasi tersebut dengan bijak, khususnya selama masa kampanye pelaksanaan Pilkada. (Ant)

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Fajar Sulaiman

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: