Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

KPPU Jamin RUU Persaingan Usaha Tidak Hambat Kegiatan Usaha

KPPU Jamin RUU Persaingan Usaha Tidak Hambat Kegiatan Usaha Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) menjamin Rancangan UU Persaingan Usaha tidak akan menghambat atau menghalang-halangi kegiatan usaha, melainkan memberikan kepastian hukum berusaha, meningkatkan iklim investasi di Indonesia. RUU itu juga menciptakan efisiensi ekonomi dan produktifitas nasional.

Penguatan KPPU Dalam usulan perubahan UU Nomor 5/1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat justru merupakan upaya KPPU untuk mendukung pertumbuhan perekonomian tinggi di Indonesia.

Ketua KPPU Syarkawi Rauf dalam keterangannya di Jakarta, Senin (24/10/2016), mengatakan pelaku usaha tidak perlu khawatir akan terhambat usahanya akibat perubahan sejumlah pasal dalam RUU Persaingan Usaha karena KPPU menjamin rancangan perubahan UU 5/99 ditujukan untuk membantu pelaku usaha menciptakan kepastian hukum berusaha sehingga semua pelaku usaha terlindungi hak-haknya.

"Misalnya, tentang perubahan pengenaan denda menjadi maksimal 30 persen dari hasil penjualan. Pengenaannya tidak akan sembarangan karena KPPU punya formula perhitungan yang telah diuji objektivitasnya, serta mengikuti praktik terbaik yang telah berlaku di negara-negara lain," kata Syarkawi.

Menurut dia, praktik kartel atau persekongkolan usaha hingga sekarang ini masih banyak terjadi di berbagai sektor bisnis strategis dilihat dari kasus persekongkolan usaha yang dituntaskan KPPU, antara lain distribusi garam, kartel pesan singkat atau SMS, penetapan harga ban, perdagangan sapi impor serta pengaturan produksi bibit ayam pedaging (broiler).

Kasus tersebut terbukti membawa dampak kerugian pada konsumen atau negara sampai triliunan rupiah sehingga perlu penekanan dalam penegakan hukumnya.

"Dampak negatif yang ditimbulkan dari praktik kartel tidak dapat dipandang sebelah mata, baik yang langsung dialami konsumen maupun kerugian Lainnya secara tidak langsung," ujar Syarkawi.

Ia berpendapat praktik persaingan usaha tidak sehat itu mengakibatkan terjadinya inefisiensi alokasi sumber daya lantaran harga jual produk menjadi mahal sehingga daya saing nasional sulit terangkat.

Untuk itu, salah satu poin revisi UU Nomor 5/1999 yang sedang diperjuangkan KPPU adalah peningkatan sanksi untuk pelaku usaha yang terbukti melakukan praktik monopoli hingga 30 persen dari hasil penjualan. Saat ini, dalam UU yang berlaku denda yang dapat diberikan ke pelaku kartel hanya maksimal Rp25 miliar.

Syarkawi berharap, peningkatan denda akan memberikan efek jera kepada pelaku kartel. Selain itu, besaran denda yang masuk ke kas negara diharapkan dapat mengganti kerugian atau dampak negatif yang ditimbulkan akibat praktik kartel.

Dengan sejumlah klausul RUU Persaingan usaha, KPPU optimistis iklim kompetisi usaha yang sehat bisa tercapai di Tanah Air sehingga akan meningkatkan dampak yang positif bagi semua pelaku usaha baik pelaku Usaha yang kecil maupun yang besar. (Ant)

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Sucipto

Advertisement

Bagikan Artikel: