Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

KSSK Simpulkan Stabilitas Sistem Keuangan Kuartal III Terkendali

KSSK Simpulkan Stabilitas Sistem Keuangan Kuartal III Terkendali Kredit Foto: Fajar Sulaiman
Warta Ekonomi, Jakarta -

Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) yang beranggotakan Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bank Indonesia (BI), dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), menyimpulkan kondisi stabilitas sistem keuangan Kuartal III 2016 dalam kondisi baik dan terkendali.

Kesimpulan itu berdasarkan hasil pemantauan dan asesmen terhadap perkembangan nilai tukar, makroprudensial, sistem pembayaran, pasar modal, pasar Surat Berharga Negara (SBN), perbankan, lembaga keuangan nonbank, penjaminan simpanan, dan fiskal.

Hal ini konsisten dengan kebijakan yang diambil anggota KSSK setelah pertemuan sebelumnya menghasillan dampak positif seperti penyesuaian kebijakan APBN-P 2016, pelaksanaan UU amnesti pajak tahap I, pengendalian inflasi, penurunan suku bunga kebijakan BI dan suku bunga penjaminan LPS.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, untuk menjaga pertumbuhan, pihaknya akan terus melihat dari sisi kesehatan tiap sektor usaha dan melihat apakah ada langkah-langkah yang perlu dilakukan secara bersama-sama.

"Pemerintah dalam hal ini melakukan fiskal dalam rangka infrastruktur, KUR, kredit yang spesifik seperti sektor pertanian. Kami ingin terus melihat dan memantau denyut ekonomi ini mungkin akan lebih terkoordinir secara lebih detil apa langkah-langkah kita. Terutama bidang ekspor, tambang karena demand lemah, volume menurun," ujar Sri Mulyani usai rapat KSSK di Gedung Kemenkeu, Jakarta, Senin (24/10/2016).

Kendati demikian, kata dia, KSSK juga melihat berbagai risiko dari faktor domestik dan global yang mempengaruhi kondisi stabilitas sistem keuangan hingga akhir 2016.

Dari faktor domestik antara lain kondisi intermediasi lembaga jasa keuangan yang dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi yang mengalami tekanan dari pelemahan perdagangan internasional dan harga komoditas yang rendah. Kemudian penurunan eksposur utang korporasi dan kehati-hatian dari industri perbankan untuk mengantisipasi tekanan rasio kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL).

Sedangkan dari faktor eksternal terkait dengan rencana kenaikan Fed Funds Rate pada tahun ini ditambah dampak brexit yang menyebabkan tekanan pada pasar modal dan pasar SBN, proyeksi pertumbuhan ekonomi global yang lebih rendah dibandingkan proyeksi sebelumnya, harga komiditas yang masih berpeluang memberikan tekanan, dan dampak perekonomian Tiongkok bagi ekonomi domestik.

"Koordinasi sangat perlu, kita konsisten saling memberikan signal kepada pelaku ekonomi, kita bersungguh-sungguh bahwa ekonomi kita terjaga. Memang ekonomi global berdampak pada beberapa sektor, tapi kita perlu mencari sektor lain yang tidak kena dampak," tutupnya.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: